Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pekerja Informal dan Investasi Surgawi

2 November 2021   20:59 Diperbarui: 2 November 2021   21:57 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personal Collection: Pekerja Informal di Pasar Singosari

Ada dua orang Satpam di kompleks perumahan kami. Kompleks perumahan yang hanya terdiri dari 16 unit rumah. Tergolong sangat menimalis untuk dibilang sebuah kompleks real estate. Oleh sebab itu iuran sampah, lingkungan dan sejenisnya bisa dibilang relatif mahal dibandingkan dengan rata-rata perumahan lain.

Iuran bulanan di tempat lain ada yang hanya Rp 25 ribu atau Rp 40 ribu per bulan. Di tempat kami bisa mencapai Rp 175 ribu per bulan. Tidak lain karena jumlah unit rumah kami sedikit sekali. Beberapa kompleks perumahan tetangga ada yang jumlahnya ratusan unit rumah. 

Makanya, meskipun iuran hanya Rp 15 ribu per bulan, bisa digunakan untuk bayar gaji 3 orang Satpam dan lain-lain biaya maintenance di kompleks perumahan. Tidak dengan kami.

Lantaran jumlah unit rumah yang sedikit, boleh dikata pekerjaan Satpam kami tidak banyak, kecuali mengamati lalu lalang orang yang keluar masuk perumahan kami yang tidak banyak jumlahnya. Sesekali Gojek, penjual Bakso, dan pedagang makanan lain masuk. 

Selebihnya, tidak ada pengemis, tukang Ngamen, pencari sampah atau Salesman keliling. Mereka ini jika ketahuan Satpam pasti akan dilarang masuk kompleks kami. Dua kali sehari Satpam yang hanya dua orang ini menyapu jalanan dari kotoran dedaunan yang bisa dihitung dengan jari-jari jumlahnya. Karena haya dua orang, mereka berbagi shift, satu siang, satu nya malam. Masing-masing 12 jam kerja.

Saya pernah bertanya kepada salah seorang di antaranya, berapa jumlah gaji per bulan yang diterima. Ternyata tidak lebih dari Rp 1 juta. Dengan duit segitu, saya bisa bayangkan bagaimana ribetnya mengatur pengeluarannya sementara pemasukan sangat minim. Masing-masing Satpam punya anak 3 orang, pulang pergi kadang menggunaan motor, kadang diantar, kadang naik Angkutan Kota (Angkot). Tent saja jauh dari UMR dan tidak bakalan cukup untuk menghidupi keluarganya.

Dulu pernah ada inisiatif ibu-ibu di kompleks untuk ngasih makanan siang dan malam kepada mereka berdua. Namun sudah setahun ini mandeg alias tidak jalan. Saya tidak mengerti kenapa. Memang ada beberapa penjual makanan di depan kompleks perumahan kami yang juga ada Ruko nya. 

Hanya saja saya kurang begitu yakin apakah para penjual makanan ini secara rutin dan konsisten memberikan makanan pada Satpam kami.  Mudah-mudahan saja iya. Karena sangat berat jika Satpam  ini harus mengeluarkan kocek lagi untuk beli sarapan, makan siang atau snack lainnya.

Prihatin terhadap kondisi kedua Satpam ini tentu saja tidak cukup. Terkadang kami memintanya untuk membersihkan halaman, memotong rumput, membayar iuran, atau membetulkan genting dengn sedikit upah. Tidak jarang saya meminta bantuannya untuk memberihkan motor. Padahal, jujur saja, kalau saya bersihkan di tempat Cuci Motor, ongkosnya jauh lebih kecil.

Kami meminta bantuannya bukan karena kami malas. Saya bisa kerjakan apa-apa yang pak Satpam lakukan, karena kami biasa melakukan bahkan setiap hari. Kami minta bantuannya karena kami menyadari, bahwa orang bisa meniru kerja keras orang lain, namun tidak dengan rejekiya. Mereka butuh perhatian dan uluran konkrit tangan kita.

Alhamdulillah kami masih diberi kesempatan untuk menyadari, bahwa nasib dan rejeki orang itu tidak sama. Kita beruntung diberikan rejeki yang lebih daripada yang dialami oleh kedua Satpam kami. Manakala ada nasi, lauk dan sayur lebih serta pantas, kami selalu berusaha untuk berbagi. Dalam banyak kesempatan jika ada kerabat yang syukuran ahamdulillah kami selalu ingat kedua Satpam ini.

Tidak lain maksud kami kecuali bahwa perbuatan ihlas ini akan selalu ada hikmahnya. Dan satu lagi yang kami yakini adalah bahwa Allah SWT tidak akan lupa akan budi baik umatNya. Bagi kami, inilah invetasi sejati. Meski tidak harus dalam bentuk uang dalam jumlah besar, atau menu makanan yang mahal.

Manjadi Pekerja Informal di luar profesi mereka sebagai Satpam  tidak mudah. Kalaupun bersedia, pekerjannya informalnya yang belum tentu ada. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah: apakah kita bersedia mempekerjakannya?

Malang, 2 October 2021

Ridha Afzal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun