Nama besar Aceh dikenal sejak zaman dulu kala. Sejak awal tahun 1500 Aceh yang semula bernama Aceh Darussalam, bukan hanya karena Serambi Makkahnya. Namun para santri, tenaga pengajar serta kualitasnya.Â
Ketenaran ini membuat Aceh termashur, hingga Sultan Abdul Hamid di zaman kesultanan Turki memberikan perhatian khusus ketika rakyat Aceh dihalangi oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk pergi Haji ke Makkah.
Saya sempat menonton film Payitah Abdul Hamid, di mana di sana ditunjukkan bagaimana Sultan Abdul Hamid II memanggil Duta Besar Belanda di Turki. Dubes Belanda ini diperintah untuk menghapus larangan menunaikan Ibadah Haji bagi rakyat Aceh.Â
Belanda tunduk dan patuh terhadap Turki. Hebat! Sejak saat itu, rakyat Aceh kembali bisa berhaji lagi karena jasa Sultan Abdul Hamid II. Ini membutkikan bahwa dalam sejarahnya, Aceh sudah dikenal dunia.
Sesuai namanya, Serambil Makkah, tidak berlebihan jika Aceh memiliki daya tarik tersendiri sebagai tempat menyantri. Saat ini tidak kurang dari 1.177 pondok pesantren yang ada di Aceh, tersebar di 32 kabupaten di provinsi Aceh.Â
Orang Aceh menyebutnya 'Daya'. Lebih dari 127.000 santri yang ada di Aceh (RRI.go.id). Sesuai dengan predikatnya, Aceh kaya akan Daya serta kecintaan para Santri di dalamnya. Itulah yang membuat santri-santri di Aceh, keren.
Sesudah saya keluar dari Aceh, merantau di ke Jawa dan Sulawesi saya menyadari, sebagaimana kita melihat rumah sendiri dari luar. Terlepas dari kekurangan yang dimiliki oleh Aceh lantaran disebut sebagai provinsi termiskin di Sumatera, Aceh memiliki beberapa kelebihan yang membuat kami sebagai warga asli Aceh, bangga. Di antaranya karena keunikan Santri-santri Aceh. Â
Saya pernah selama 7 tahun mondok di salah satu Daya di Aceh. Sebagai orang asli Sigli, Pidie, Aceh, mondok selama 7 tahun itu hal biasa. Kami sekeluarga jebolan pondokan, tetapi juga kuliah di kampus umum. Satu adik saya tidak mau pindah ke sekolah umum hingga tingkat level pasca sarjana.
Di Aceh, anak-anak yang tidak pernah mondok itu malah disebut aneh. Itulah kesan pertama yang membuat Santri Aceh itu keren. Rerata anak-anak Aceh pernah mondok.Â
Karena lamanya mondok itu, membaca tulisan Arab bagi warga Aceh itu biasa saja. Selama kuliah, tidak ada teman kampus yang buta huruf Arab. Semuanya bisa meskipun kualitas kepandaian mereka berbeda. Ada yang pintar, cepat membaca, ada yang lambat. Itu hal biasa dalam pendidikan. Keren kan?