Betapa bangga dan bahagianya melihat orang-orang berlalu-lalang seperti sedia kala. Tiga hari terakhir saya tengok update status Covid-19 di negeri +62 sudah tidak ada lagi wilayah yang berstatus Zona Merah.Â
Simbul-simbul pembatas di masjid-masjid banyak yang sudah dilepas oleh para Takmir Masjid. Mayoritas di tempat kami sudah tidak ada lagi jaga jarak saat salat berjamaah dijaga ketat. Apalagi yang namanya pasar.Â
Pedagang dan pembeli sudah bisa leluasa bercengkerama, layaknya tidak pernah terjadi apa-apa. Cobaan Tuhan berwajah Covid-19 yang sempat memporak-porandakan seluruh sendi kehidupan ini sepertinya sudah menunjukkan tanda-tanda 'Goodbye', ingin 'pamit' dari bumi ini. Semoga...
Meski demikian, kita tidak boleh lenga. Saya sendiri tetap mengedepankan prinsip pencegahan. Masker, hand sanitizer tidak pernah lepas dari kantong yang ke mana-mana selalu saya bawa. Demikian pula jaga jarak, khususnya di antara teman-teman, rekan kerja atau kolega se-profesi.Â
Terlebih, sebagai petugas kesehatan yang bernama perawat ini. Kadang kala saya merasa 'malu' saat tinggal di Aceh selama beberapa bulan terakhir.
Dalam banyak kesempatan, saya sungguh merasa asing dan aneh. Lantaran hanya saya yang mengenakan masker di beberapa masjid di kampung kami.
Ada satu hal yang mengganjal dalam pikiran saya, di tengah kebahagiaan masyarakat menyambut tanda-tanda akan hengkangnya era Corona ini. Tidak lain adalah, jika sudah tidak ada lagi Covid-19, ke mana perginya puluhan ribu perawat yang sempat direkrut untuk menjadi tenaga Relawan Covid-19?
Hampir dua tahun sudah para perawat yang bersusah-payah melabuhkan diri dan kompetensinya guna mencari kerja, harus memutar otak lagi. Akan kerja di mana setelah ini?
Menurut PERSI, tidak kurang dari 57.000 tempat tidur di lebih dari 4000 RS di Indonesia dicadangkan untuk kepentingan merawat pasien Covid-19. Tidak sedikit RS yang terpaksa mendirikan tenda-tenda guna menampung pasien lantaran jumlahnya yang mebludak dan sulit dikendalikan. Bulan Juni, Juli, dan Agustus lalu, seolah-olah kita berada pada zona gelap.Â
Begitu tajam peningkatan kasus dan kematian karena virus yang satu ini. Perawat dan petugas kesehatan lain memiliki peran begitu besar dalam penanggulangannya. Oleh sebab itu, relawan yang bernama Perawat ini layak disebut sebagai Hero dalam tugasnya.
Meski memikul risiko besar dalam tugasnya, mereka rela melakukannya. Dalam banyak kasus, rekan-rekan perawat ini mengaku lebih dari 50% di tempat kerjanya, para relawan ini terpapar. Indahnya, mereka tetap bertahan.Â