Satu keberuntungan mereka yang mengambil kuliah kedinasan adalah memiliki pengalaman kerja sebelum bekerja. Saya salah satunya.Â
Kurikulum kuliah kedinasan memang didesain sedemikian rupa sehingga apa yang disebut "siap kerja" itu bukan slogan semata.Â
Kuliah pada semester satu dan dua umumnya bersifat umum. Begitu masuk semester 3 ke atas, akan fokus pada keterampilan dan dunia kerja nyata.Â
Nah, pada semester-semester menengah hingga akhir inilah proses penggemblengan terjadi. Di antaranya adalah mempelajari manajemen, hubungan antara bawahan dan atasan yang sangat dibutuhkan ketika sudah bekerja.
Sewaktu praktik di lapangan, meski status kami sebagai mahasiswa, namun mengetahui kondisi dunia kerja nyata kadang berbanding terbalik dengan yang kami dapatkan di bangku kuliah, misalnya adanya istilah "menjilat" atau "mencari muka". Di samping masih ada lagi istilah-istilah lain yang kami juga tidak dapatkan seperti "karyawan teladan" atau "best performance employee", bahkan bagaimana memulai sebuah pekerjaan pun tidak diajarkan oleh dosen. Masih banyak lagi hal-hal baru yang didapatkan di dunia nyata yang tidak diajarkan di kampus.
Ada beberapa perusahaan/institusi/lembaga yang kelasnya internasional yang memiliki sistem mapan terkait bagaimana mempekerjakan karyawan baru.Â
Tidak sedikit pula perusahaan yang tidak memiliki sistem, sehingga karyawan baru kadang dibuat bingung bagaimana harus memulai kerja.Â
Perusahaan yang baik menerapkan program orientasi, misalnya selama 2 minggu sebelum memulai kerja. Mereka memiliki training and development unit. Perusahaan seperti ini sudah mapan, sehingga karyawan baru atau fresh graduate tidak mengalami kesulitan di tempat kerja.
Bagaimanapun, baik fresh gradruate, karyawan baru yang memiliki nol tahun pengalaman kerja maupun yang sudah senior, tidak lepas dari perasaan "baru" jika berada di tempat kerja yang baru.Â
Teman saya, Faruq, yang bekerja di sebuah rumah sakit kelas internasional di Saudi Arabia, mengikuti kegiatan orientasi selama 3 bulan.Â
Selama itu pula dia tidak boleh menangani pasien. Meskipun demikian, gaji utuh. Enak banget. Katanya, walaupun sudah senior, saat datang dan bekerja di tempat dia kerja, harus mengikuti program serupa.
Selama itu pula ada penilaian performance kerja. Bagi yang gagal, otomatis akan keluar. Oleh sebab itu, butuh kiat bagaimana cara menjadi karyawan yang baik tanpa terkesan "cari muka" atau "menjilat" pimpinan.Â
Pertama, manfaatkan dengan baik selama program orentasi jika ada. Lewat program ini karyawan baru akan mengetahui policy and procedure (PP) tempat kerja.Â
Tempat kerja selalu memiliki standard operating procedure (SOP) yang harus diketahui dan dilakukan oleh karyawan sesuai tugas dan tanggung jawabnya.Â
Memahami dan mengetahui SOP ini akan membuat jalanya pekerjaan kita aman tanpa harus cari muka. Sebaliknya, hindari mengerjakan pekerjaan yang tidak ada panduannya di tempat kerja meskipun mungkin kelihatannya baik.Â
Sebab baik belum tentu benar. Benar pun belum tentu baik. Dengan mengerjalan prosedur sesuai SOP, kita akan melakukan pekerjaan yang baik dan benar sekaligus yang benar dan baik. Contoh yang paling sederhana adalah sistem presensi dengan alat elektronik. Kelihatannya simple, tetapi jika semua karyawan hadir pada saat yang sama, antriannya bisa panjang dan boleh jadi kita akan ketinggalan. Padahal sebenarnya kita datang in time (sebelum jam kerja dimulai), bukannya on time (tepat waktu).
Kedua, usahakan datang dengan tampilan rapi dan in time. Saya selalu berusaha untuk siap sedikitnya15-30 menit sebelum kerja dimulai. Membuka email, menata rak, meja kantor, membersihkan meja, merapihkan laptop atau desktop hingga bikin teh panas.Â
Datang in time, membuat diri ini tidak tergesa-gesa dan rileks serta merasa segar. Tidak jarang ada email dari pimpinan yang dikirim sore atau malam hari yang sifatnya urgent.
Ketiga, tidak malu bertanya. Ini merupakan kunci utama, bukan hanya untuk karyawan baru, karyawan lama pun tidak perlu sok tahu.Â
Orang yang suka bertanya umumnya dikenal ramah dan suka menyapa. Tidak malu bertanya membuat kita dikenal sebagai karyawan yang memiliki rasa ingin tahu yang besar. Tentu saja harus dibedakan antara urusan kantor dengan urusan pribadi.
Keempat, ramah pada sesama rekan kerja dan khususnya pada pelanggan. Ramah di tempat kerja sangat penting guna memelihara keharmonisan dengan sesama kolega.Â
Karyawan yang ramah umumnya disuka oleh teman sekerja. Disukai oleh rekan kerja membuat kita bisa betah dan sangat mudah apabila membutuhkan bantuan, baik yang sifatnya formal yang ada kaitannya dengan kantor maupun yang pribadi.
Kelima, lakukan dokumentasi yang baik. Ini yang tidak kalah pentingnya. Menjaga dokumentasi ini menduduki prioritas utama di era akreditasi dan sertifikasi saat ini. Karyawan yang baik adalah yang mencatat apa yang dia kerjakan dan mengerjakan apa yang dia catat.
Intinya menjadi karyawan yang baik itu sebenarnya sangat mudah dan tidak perlu "cari muka" atau dekat dengan bos. Mencintai pekerjaan saja juga belum cukup sebagai modal agar kita bisa disebut sebagai karyawan yang baik. Kita butuh kiat. Kiat di atas jika dierapkan, otomatis bisa dijadikan bukti bahwa kita menyintai pekerjaan.Â
Menjadi karyawan yang baik tidak harus terbaik. Untuk urusan yang satu ini, biarlah yang di atas sana yang menilai.
Have a nice day......
5 April 2021
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H