Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Batal ke Arab, Rezeki Saya Berlabuh di Brunei sebagai Caregiver

13 Maret 2021   20:19 Diperbarui: 15 Maret 2021   00:52 2256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Brunei tidak menjanjikan keramaian, tidak ada tempat wisata atau rekreasi seperti Batu, Gunung Bromo atau Semeru, apalagi Bali. Namun tujuan saya karena bekerja, jadi rencana untuk bisa main-main di rumahnya Sultan Bolkiah ini saya kesampingkan.

Awal mula di Brunei (Source: Facebook Pribadi)
Awal mula di Brunei (Source: Facebook Pribadi)
Selama dua bulan pertama di sana, saya masih belum dapat pasien. PT tempat kami bekerja baru berdiri, sementara saya diberi kesibukan kerja di kantor, nunggu ada order-an pasien. 

Pada bulan ke tiga saya baru kerja, butuh waktu tiga bulan untuk menyesuaikan diri dengan negeri Brunei. Lingkungan kerja bukan hanya dengan orang Brunei, tetapi juga India dan Filipina serta tentu saja Indonesia.

Kerja sebagai caregiver sebetulnya cukup menyenangkan di Brunei. Watak dan karakter orang Brunei tidak beda dengan Indonesia. Kosa kata bahasa Melayu saja yang barangkali sedikit beda. Makanya kalau soal bahasa, tidak sulit untuk beradaptasi. Bahkan lebih enak daripada sebagian besar tempat kerja kita di kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya. 

Orang Brunei "lugu" kayak orang Jawa saja. Secara umum sebenarnya tidak beda dengan kita. Alhamdulillah saya dapat pasien yang baik-baik. 

Pernah juga dapat pasien orang Australia, tapi repot. Lebih baik dapat orang lokal. Lagian bahasa Inggrisnya orang Ausie bagi saya waktu itu ribet, makanya saya minta pindah pasien. 

Selain pasien, makanan, suasana, hawa kerja juga sangat oke bagi saya. Brunei tempat terbaik untuk menabung. lagian semua dicukupi di rumah pasien. Makanya berat badan saya cepat mekar hanya dalam beberapa bulan. Makan enak, kerja ringan dan gaji lumayan.

Intinya kerja di Brunei bisa bikin betah. Tantangannya adalah bagi yang suka keramaian, hiburan, dan wisata, Brunei bukanlah tempatnya. Karena orang Brunei sendiri juga suka melancong ke luar negeri. Dan kalau masalah keamanan, Brunei sangat amanlah. 

Saya pernah melihat Sultan Bolkiah masuk masjid tanpa pengawal. Ini bukti bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan di sana. Orangnya memang banyak yang kaya, dan yang miskin minimal punya mobil 2 buah itu biasa.

Kalau ditanya apakah ada orang Brunei yang kayak orang kita yang misalnya sombong. Menurut saya sih ada, namanya orang kaya kalau sombong itu biasa. Makanya saat saya diminta balik ke Brunei oleh pasien oleh keluarga yang pernah saya asuh, saya sih oke-oke saja. Lagian di Indonesia meskipun tidak terlalu susah cari kerja sebagai perawat, apalagi saat Covid-19 ini, tetapi yang gajinya kayak Brunei itu tidaklah mudah. 

Saya amat bersyukur bisa kerja dan dapat rejeki di Brunei. Berharap bisa tinggal beberapa tahun di sana, dan bisa neruskan kuliah lagi, beli rumah dan nabung untuk masa depan. Sesudah itu, pinginnya masih mau loncat ke negara lain. Mumpung masih diberi kesempatan umur dan kesehatan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun