Brunei tidak menjanjikan keramaian, tidak ada tempat wisata atau rekreasi seperti Batu, Gunung Bromo atau Semeru, apalagi Bali. Namun tujuan saya karena bekerja, jadi rencana untuk bisa main-main di rumahnya Sultan Bolkiah ini saya kesampingkan.
Pada bulan ke tiga saya baru kerja, butuh waktu tiga bulan untuk menyesuaikan diri dengan negeri Brunei. Lingkungan kerja bukan hanya dengan orang Brunei, tetapi juga India dan Filipina serta tentu saja Indonesia.
Kerja sebagai caregiver sebetulnya cukup menyenangkan di Brunei. Watak dan karakter orang Brunei tidak beda dengan Indonesia. Kosa kata bahasa Melayu saja yang barangkali sedikit beda. Makanya kalau soal bahasa, tidak sulit untuk beradaptasi. Bahkan lebih enak daripada sebagian besar tempat kerja kita di kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya.Â
Orang Brunei "lugu" kayak orang Jawa saja. Secara umum sebenarnya tidak beda dengan kita. Alhamdulillah saya dapat pasien yang baik-baik.Â
Pernah juga dapat pasien orang Australia, tapi repot. Lebih baik dapat orang lokal. Lagian bahasa Inggrisnya orang Ausie bagi saya waktu itu ribet, makanya saya minta pindah pasien.Â
Selain pasien, makanan, suasana, hawa kerja juga sangat oke bagi saya. Brunei tempat terbaik untuk menabung. lagian semua dicukupi di rumah pasien. Makanya berat badan saya cepat mekar hanya dalam beberapa bulan. Makan enak, kerja ringan dan gaji lumayan.
Intinya kerja di Brunei bisa bikin betah. Tantangannya adalah bagi yang suka keramaian, hiburan, dan wisata, Brunei bukanlah tempatnya. Karena orang Brunei sendiri juga suka melancong ke luar negeri. Dan kalau masalah keamanan, Brunei sangat amanlah.Â
Saya pernah melihat Sultan Bolkiah masuk masjid tanpa pengawal. Ini bukti bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan di sana. Orangnya memang banyak yang kaya, dan yang miskin minimal punya mobil 2 buah itu biasa.
Kalau ditanya apakah ada orang Brunei yang kayak orang kita yang misalnya sombong. Menurut saya sih ada, namanya orang kaya kalau sombong itu biasa. Makanya saat saya diminta balik ke Brunei oleh pasien oleh keluarga yang pernah saya asuh, saya sih oke-oke saja. Lagian di Indonesia meskipun tidak terlalu susah cari kerja sebagai perawat, apalagi saat Covid-19 ini, tetapi yang gajinya kayak Brunei itu tidaklah mudah.Â
Saya amat bersyukur bisa kerja dan dapat rejeki di Brunei. Berharap bisa tinggal beberapa tahun di sana, dan bisa neruskan kuliah lagi, beli rumah dan nabung untuk masa depan. Sesudah itu, pinginnya masih mau loncat ke negara lain. Mumpung masih diberi kesempatan umur dan kesehatan ini.