Saya paham bahwa kerja di luar negeri tidak gampang, penuh liku-liku, tenaga, pikiran, waktu juga uang. Saya dapatkan cukup banyak wejangan dari beliau waktu itu. Sayangnya, saya gagal berangkat ke Timur Tengah karena satu dan lain hal.Â
Saya tidak salahkan siapa-siapa kecuali berprinsip bahwa mungkin belum rejeki saya. Prinsip ini saya anut agar tidak berubah jadi sakit hati yang tidak gampang cari obatnya.
Hal yang menjadi beban saya lainnya adalah, lulus kuliah lalu menikah, padahal belum kerja. Inilah yang membuat saya memutar otak bagaimana caranya menutupi kebutuhan hidup keluarga. Yang saya lakukan kemudian adalah kerja di Homecare di sekitaran Magelang.Â
Pindah dari satu pasien ke pasien lainnya, dari satu rumah ke rumah lainnya itu tidak gampang. Dari sana saya belajar banyak tetang hikmah kehidupan.
Di Malang kemarin, selama dua hari di kediaman Bapak Syaifoel Hardy seperti bernostalgia. Saya bersama seorang teman SMA yang beda jurusan, Wawan namanya, dia lulusan Teknik Informatika, tetapi kerjanya mengolah bisnis Cabe.Â
Ada banyak canda dan pembelajaran selama dua hari di Malang. Saya diajak main ke Lumajang, mengunjungi teman kuliah beliau, kemudian ke kota wisata Batu serta Ngantang. Cukup penat juga tetapi menyegarkan.
Kilas balik mengapa saya akhirnya berangkat ke Brunei adalah waktu saya mengikuti pelatihan kerja di hotel Magelang, untuk sebuah kapal pesiar.Â
Di sana saya ketemu seseorang yang entah tetiba menawarkan apakah saya minat jika kerja di Brunei sebagai caregiver. Tanpa babibu saya mengiyakan. Padahal duit juga tidak punya, entahlah bagaimana caranya orangtua saya mencarinya.
Jujur saja, semula saya ragu dan khawatir gagal lagi. Tetapi di sisi lain, tekad ini tetap menyala. Dengan keyakinan ini saya meneruskan niat untuk diproses permohonan saya.Â
Sudah dua tahun saya menunggu peluang seperti ini dan Alhamdulillah berhasil. Saya berangkat dengan rasa suka bercampur duka. Suka karena impian kerja di luar negeri terwujud, duka karena harus pisah dengan keluarga.
Tiba di Brunei, cukup kaget. Negara yang katanya kaya raya ini tidak seperti yang saya bayangkan. Kok sepi banget, masih mending Kota Malang.Â