*****
Suatu ketika, Pak Bag mendapat panggilan untuk melakukan Vena Seksi (pembedahan kecil guna memperoleh saluran darah Vena), bagi seorang pasien yang sangat kritis kondisinya. Sebagai senior, biasanya Pak Bag banyak dibutuhkan untuk kasus-kasus khusus (sulit).
Status kepegawaian Pak Bag memang sudah pensiun, namun masih dibutuhkan oleh RS sebagai tenaga kontrak. karena keahliannya. Oleh sebab itu, tenaganya banyak dibutuhkan bahkan oleh beberapa RS di Kabupaten Lumajang.
Sebagai senior, di satu sisi Pak Bag masih tetap diuntungkan dengan memiliki kesibukan seperti semula. Namun, di sisi lain, dia menghadapi risiko yang tidak kecil. Di antaranya adalah pada musim Pandemi ini. Masa di mana jangankan masyarakat awam, orang kesehatan saja bisa terpapar.
Nah, pasien yang ditangani kali ini masuk kategori VVIP. Oleh sebab itu, keberadaan Pak Bag sangat dibutuhkan. Sementara, pasien tersebut Positive Covid-19. Kondisi pasiennya sangat kritis serta membutuhkan pemberian cairan infus lewat Vena, tetapi sulit didapatkan. Makanya perlu dilakukan Vena Seksi.
Pak Bag semula menolak dengan halus. Pertama, karena Pak Bag sudah di atas 55 tahun umurnya. Kedua, Pak Bag juga memiliki gangguan kesehatan menahun yang merupakan risiko tinggi. Dua alasan ini sebenarnya cukup berat.
Ketika diminta untuk segera ke RS menangani pasien tersebut, Pak Bag minta izin istrinya yang sebetulnya sangat keberatan.
Akhirnya, atas landasan alasan kemanusiaan lah, Pak Bag berangkat ke RS dan melakukan Vena Seksi. Dengan perlengkapan dan persiapan yang ekstra ketat (extra precaution), berpakaian layaknya seorang Astronot, Pak Bag melakukan prosedur tersebut.Â
Katanya, hanya dalam hitungan beberapa menit saja, rasanya sangat panas berpakaian Anti Covid-19 itu. Bagaimanapun, tugas kemanusiaan jalan terus. Alhamdulillah berhasil dan pasien tersebut tertolong.
*****
Usai melakukan tindakan tersebut, pada hari-hari berikutnya, Pak Bag merasa 'kurang nyaman' secara psikologis, bukan fisik. Pasalnya, beberapa rekan-rekan sesama perawat dan ada satu dokter yang turut menangani pasien yang sama, terpapar, alias Positif Covid-19 dari hasil swabnya. Â Â Â
Akhirnya, Pak Bag tergerak untuk memeriksakan dirinya (Swab Test), tanpa menunggu rekomendasi dokter. Guna kepentingan ini, Pak Bag bersedia bayar sendiri biaya swab test nya lebih dari Rp 1 juta. Dia lakukan ini karena merasa jangan-jangan dia juga terpapar. Sekalipun tanpa gejala. Padahal, kalau dengan rekomnedasi, bisa gratis pemeriksaan Swab ini.
Ternyata benar, hasil swab positive. Pak Bag masuk kategori OTG. Saat ini sudah memasuki satu pekan karantina di rumah. Orangnya merasa sehat-sehat saja, tidak memiliki keluhan fisik apapun. Kegiatan sehari-hari dilakukan di rumah tanpa ada kendala. Merawat kebun, kolam, burung-burung di rumah serta tanaman bunga.