Waktu itu, masih awal-awalnya Corona terdengar. Jadi belum ada larangan untuk menutup warung atau toko-toko serta tempat keramaian lainnya. Kira-kira sebulan sesudah itu baru diberlakukan PSBB, di mana nyaris tidak ada restaurant yang buka di kota Malang, kecuali layanan Pesana atau Home Delivery. Indian Restaurant milik Navid yang baru berusia berumur jagung, harus tutup. Â
***** Â
Beberapa kali sesudah pertemuan tersebut kami sempat kontak-kontak lagi. Salah satu obyek perbincangan kami adalah dampak Covid-19 ini, di mana Navid harus menutup warungnya.
Suatu hari kami diundang main ke rumahnya di daerah Tumpang, sebuah kecamatan kecil arah timur kota Malang, sekitar 25 km dari tempat kami di Singosari. Â
Bersama keluarganya, Navid tinggal di tengah perkampungan yang menurut saya tidak mudah bagi seorang ekspatriat, khususnya dalam bisnis. Apalagi penguasaan bahasa Indonesia yang masih minim.
Navid membuka bisnis kecil-kecilan dengan jualan HP dan pulsa. Saya duga ini pasti bersifat sementara. Karena daerahnya kecil, otomatis pelanggan juga sedikit. Tentunya ini berdampak pada jumlah penghasilannya.
Bagaimanapun saya salut dibuatnya. Navid ternyata menguasai  teknologi informasi. Jaringan bisnisnya luas, internasional. Jadi, di tengah-tengah waktu luangnya, meski tanpa pelanggan, Navid cukup dibuat sibuk dengan Online Business.
Sekilas dia bercerita tentang aktivitasnya, misalnya dengan Amazon. Ternyata dia juga mendapatkan penghasilan tambahan yang 'lumayan'. Sebuah aktivitas bisnis yang tidak pernah saya sangka dilakukannya. Ternyata dia berfikir jauh ke depan.
*****
Sekitar dua bulan sesudah itu, Navid ngontak saya lagi, Kali ini dia ngasih kabar kalau dia ubah bisnisnya. Dia gabung dengan temannya, juga asal Pakistan. Mereka buka bisnis dengan julan barang-barang plastik.
Temannya, Ashfaq namanya, istrinya juga orang asli Malang, sudah 10 tahun tinggal di Indonesia. Memiliki bisnis restaurant India juga di tengah kota Malang. Kami pernah ditraktir makan di restaurantnya. Lama saya rasanya tidak menikmati masakan India.
Saat kami ke tokonya yang jualan plastik, nampaknya baru saja dibuka. Baru tiga hari. Ketika kami bertanya mengapa jualan bahan-bahan plastik ini, Ashfaq menjawab katanya bahan-bahan seperti ini dibutuhkan oleh nyaris setiap orang, setiap keuarga, pedagang hingga perkantoran.Â
Terlebih, dia juga memiliki restaurant, otomatis kebutuhan akan kantong-kantong plastik atau tempat makanan lain sangat besar. Katanya, dari pada membeli ke orang lain, lebih baik ke tokonya sendiri. Sebuah cara berfikir yang cukup cerdik.