Saya pernah ketemu seorang perawat asal Amerika Serikat (USA). Tepatnya dari negara bagian Texas. Diceritakan bagaimana cepatnya kehidupa di sana. Tidak heran jika karena prestasi inilah yang membuatnya banyak digandrungi orang-orang asing. Mereka bukan hanya ingin berkunjung, namun juga bekerja, bahkan menetap di Negeri Paman Sam ini.
Linda, teman saya tadi, berkisah bagaimana cepatnya perkembangan teknologi misalnya, yang membuat, bahkan orang asli USA sendiri, bila setahun saja tidak pulang, akan 'ketinggalan'.
Apa yang tidak dimiliki oleh USA? Mulai dari kemajuan teknologi berbagai bidang, IT, pendidikan, pertahanan keamanan, social, ekonomi, budaya, politik, bahkan agama. Di bidang social budaya dan seni misalnya, film Amerika paling didemeni, walaupun jumlah produksinya kalah oleh Bollywood.Â
Namun tetap saja, bintang film, artis dan penyanyi asal USA yang paling banyak fans nya dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia ini.
*****
Sebenarnya, dari awal, niat saya adalah kerja di luar negeri. Tidak harus USA. Rencana besar ini terkendala ketika Corona mewabah. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia ini buka hanya berpengaruh terhadap rencana pribadi saya, tetapi juga teman-teman, bahkan negeri yang kita cintai ini terkena dampaknya.
Padahal, tidak sedikit tenaga, fikiran, waktu dan dana yang saya keluarkan. Namun itulah. Manusia memang tinggal merencanakan, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa bagaimanapun Yang Menentukan.Â
Saya harus belajar bagaimana menyikapinya ini dengan penuh kesabaran.
Dari Aceh saya merantau ke Malang, Jawa Timur, tidak lain karena ingin mengikuti bagian dari proses kerja di luar negeri ini.Â
Dengan ke Jawa, setidaknya saya memulai belajar bagaimana rasanya jadi seorang perantau di negeri orang.
Kini, sudah setahun delapan bulan lamanya. Sambil bekerja paruh waktu, mengikuti sejumlah pelatihan, menekuni Bahasa Inggris dan Jerman, sepertinya merupakan garis yang harus saya lalui.
*****
Seperti halnya teman-teman lainnya, sebagai manusia biasa, terkadang saya dilanda rasa cemas, was-was serta kekhawatiran, sampai kapan seperti ini?
Kalau Corona segera terhenti barangkali masih bisa meramalkan kapan terealisasi rencana kerja di luar negeri. Namun bagaimana jika tidak ada tanda-tanda bahwa penyebarana Corona Virus ini akan terhenti? Di situlah kadang ada semacam gejala 'frustasi' yang melanda diri ini.
Beruntungnya, saya berada di tengah-tengah orang-orang yang selalu mendukung karir saya, sehingga saat rasa percaya diri ini 'down', mereka yang jadi penyemangat. Sementara, saya tidak ingin keluarga yang ada di Aceh sana mencemaskan keberadaan saya yang belum 'mapan' ini.
Ada kalanya saya 'tidak jujur' kepada keluarga di Aceh. Bukan karena apa-apa, akan tetapi agar mereka tidak terlalu memikirkan keberadaan saya di negeri orang. Saya selalu sampaikan bahwa "I am OK in Malang, Jawa Timur".Â
Selama itu pula lantunan do'a saya tidak pernah terhenti untuk memohon kepadaNya, agar diberikan jalan terbaik bagi masa depan ini.
*****
Mungkin sudah lebih dari sepuluh kali interview yang saya jalani di berbagai perusahaan atau lembaga besar, baik dalam maupun luar negeri. Sebanyak itu pula saya belajar tentang aneka soft skills dan lain-lain pelatihan profesi, yang mewarnai perjalanan karir saya di atas kertas agar potensi profesionalitas ini makin tajam. Â
Yang namanya keuntungan, nampaknya belum berpihak pada saya. Sebanyak lebih dari 10 kali interview itu pula saya tidak diterima atau tertunda (?). Saya harus menerimanya dengan ikhlas.
Jujur saja, dengan adanya tantanga seperti ini, saya merasa makin pintar dalam hal interview. Saking begitu seringnya, sampai hafal jika ada pertanyaaan A, bagaimana harus menjawabnya.Â
Saya selalu tampil rapi saat interview dan berusaha menjawab dengan baik. Terutama jika dilakukan dalam Bahasa Inggris.
*****
Saya pernah suatu hari, sudah sangat berharap diterima di sebuah insitutusi milik orang Saudi Arabia yang kami  kenal saat bertemu di Lumajang, namun gagal. Pernah pula bertemu dengan orang yang juga asal Saudi, tetapi terkendala Corona ini. Sempat juga interview awal sebelum proses ke Jerman. Semuanya mandeg.
Padahal semuanya serasa ada di depan mata, sangat terang benderang tampak. Saya sangat optimis bisa masuk dan diterima. Saya merasa bisa tampil prima saat interview berlangsung. Saya juga merasa mampu meyakinkan interviewer bahwa saya adalah kandidat tepat yang mereka cari.
Inilah bagian dari rasa percaya diri, bukan bentuk kesombongan. Hemat saya, karakter calon karyawan seperti ini yang dikehendaki.
Akan tetapi seperti yang saya sebutkan di atas. Keberuntungan memang belum ada ada saya. Sepertinya saya tidak harus goyah dalam menghadapi tantangan ini. Saya berusaha untuk tetap: fokus, percaya diri bahwa akan ada masanya dapat diraih cita-cita ini, bersabar serta  harus optimis.  Empat hal inilah yang saya pegang erat.
*****
Dua bulan lalu, ada seorang rekan senior, perawat yang sedang bekerja di sebah perusahaan USA, saya sebut saja initial perusahaannya B, sedang membuka lowongan kerja untuk perawat di tiga kota sebagai perwakilan mereka yang bergerak dalam bidang pharmaceutical & medical equipment.
Kerja di perusahaan milik USA tidak pernah terlintas dalam fikiran. Ketika peluang ini ada, dalam hati saya mikir, barangkali inilah jalannya.
Saya tahu peluang ini tidak mudah. Selain ketat syaratnya, sainganya besar. Membaca sarat-syaratnya, sebenarnya sempat minder juga. Saya fikir mereka pasti memiliki ekspektasi yang tinggi pada setiap kandidatnya. Apalagi mereka hanya butuh satu orang di setia kota besar tersebut.
Beruntungnya, saya memiliki seorang senior yang tidak pernah berhenti menyuntikkan semangat motivasi. Hal inilah yang sangat besar perannya dalam membantu saya hingga mampu melewati tiga kali proses interview. Alhamdulillah saya merasa sangat dimudahkan.
Ketika saya tulis artikel ini, saya sudah menerima email dari mereka yang menyatakan bahwa saya diterima. Saya juga sudah sampaikan konfirmasi bahwa saya setuju dengan apa yang ditawarkan. Bulan depan insyaallah saya akan mulai kerja di sana.
*****
Hikmah yang ingin saya bagikan kepada rekan-rekan khususnya pemula yang sedang mencari kerja adalah, tetap fokus dengan rencana karir, tidak putus asa, tantangan selalu ada yang membuat kita akan lebih baik, tidak cepat menyerah, tetap ikuti pelatihan atau giat belajar dan yang terakhir, jangan lupa do'a.
Percayalah.....Nasib kita memang sudah ada Yang Maha Menentukan. Kita bisa mengubahnya, yakni dengan cara lari dari satu nasib, menuju nasib lainnya.Â
Yang terpenting dalam menyikapi berbagai kegagalan saat menemui interview adalah adakalanya cita-cita itu butuh transit.
Malang, 16 September 2020
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H