Orang besar juga tidak bisa seenaknya pergi ke mana-mana sesuai kehendak hati seperti orang kecil ke pasar, jalan-jalan di trotoir, mall atau yang sederhana, sekedar ikut pengajian atau arisan.
Jadi orang besar atau terkenal, apalagi jadi keluarga presiden, rasanya selalu disoroti seluruh mata yang memandangnya jika ke luar rumah. Betapa risih rasanya manakala setiap gerakan kita dipandang. Seolah kita ini makhluk aneh. Padahal, kita sama saja seperti mereka.
Malangnya adalah, setiap gerak-gerik, aktivitas, kegiatan orang-orang besar dan keluarganya, djadikannya sebagai bahan berita. Apakah Headline, artikel bebas, hingga humor. Berita inilah yang kemudian mereka jual laris dan jadi bahan konsumsi publik.
Kalau Benar Tidak Masalah
Persoalannya, berita yang dimuat di media massa, tidak selalu benar. Tidak jarang ditambah-tambahi, subyektif, serta jauh dari fakta. Sementara mengoreksinya, tidak gampang. Sementara, beritanya sudah luas menyebar. Berita seperti ini dianggap paling laku keras di masyarakat.
Kematian Ibu Tien merupakan satu contohnya. Diisukan, Ibu Tien adalah korban dari baku tembak antara Bambang Triharmojo dan Tommy yang berdebat sengit terkait perebutan bisnis mobil Timor waktu itu. Ibu Tien yang konon berusaha melerainya, justru tertembak.Â
Malangnya, dari rumor yang beredar tersebut, nyawanya tidak tertolong, hingga menghembuskan nafas yang terakhir.
Mbak Tutut mendengar berita semua itu sejak lama, setelah berpulangnya sang Bunda, yang bernama Raden Ayu Siti Hartinah, pada tanggal 28 April 1996. Â Waktu itu belum ada medsos seperti sekarang. Mbak Tutut merasa tidak kuasa untuk meluruskannya. Dua puluh empat tahun berlalu sudah. Â
Meeting di Luar Negeri
Lewat Instagramnya @tututsoeharto, pada tanggal 29 April 2020 lalu mbak Tutut berkisah, "Sebelum Allah memanggil saya, masyarakat harus tahu kebenarannya." Â Katanya mengawali.
Waktu itu Tutut sedang mengikuti sebuah pertemuan di Perancis dan Inggris terkait kegiatan Donor darah se Dunia. Â