Ini kebohongan kedua.
Janji-Janji Kampanye
Bagaimanapun kini rakyat banyak yang sudah mulai cerdas. Sayangnya, tetap tidak mampu berbuat apa-apa, kecuali hanya mengiyakan isi kampanye yang didengungkan di mana-mana. Dari dulu  hingga kini, muatan kampanye rata-rata sama, yakni berjanji membuat rakyat sejahtera, adil dan makmur, serta memaksimalkan pelayanan masyarakat hingga ke daerah terpencil.
Saya punya kenalan, yang waktu itu mengajukan proposal untuk menjadi anggota dewan. Proposalnya sangat indah. Tetapi menurut saya, sebatas di atas kertas. Proposal yang dibuat oleh politisi, memang ringan saat diutarakan dalam rangkaian kata-kata, bukan dalam bentuk realita.
Inilah yang menurut saya kebohongan ketiga. Janji yang dituangkan di atas kertas, tidak gampang dipraktikkan. Hebatnya, dengan sejuta alasan, rakyat kecil dipastikan bisa menerima. Â
Antara Menyesal atau Dendam
Kebohongan satu akan melahirkan kebohongan lain. "Dusta itu penghulu segala kesalahan" (Hadits). Ibaratnya, kalau tidak siap 'bohong' jangan jadi politisi. Mungkin tidak semua. Akan tetapi, bagaimana rakyat ini percaya?
Di Malang, tahun lalu, dari 45 orang anggota DPRD yang ada, 41 orang yang ditangkap KPK (91%). Dengan kata lain, untuk ukuran kota besar ke atas, segeda kota Malang, kurang lebih sama.Â
Demikianlah barangkali persepsi rakyat kecil. Tidak ada anggota dewan yang jujur. Kurang dari 10% yang bisa dipercaya.
Meski demikian, kerja anggota dewan jalan terus. Seolah rakyat ini deprogram sudah terbiasa dengan 'tradisi' seperti ini. Rakyat wajib 'menikmati' budaya korupsi kalangan atas.
Mungkin ada politisi yang 'menyesal' karena ditangkap. Hanya saja, lebih banyak yang saat menjabat, mereka manfaatkan peluang untuk 'balas dendam' dengan dana yang dulu pernah dikeluarkan.Â
Kalapun nanti akan ditangkap KPK, toh tabungannya masih banyak. Paling banter dipenjara hanya 2-3 tahun, tidak masalah. Sesudah keluar, bisa mencalonkan diri lagi.