Tanpa uang, jangan harap jadi politisi. Tidak ada yang nggubris.Â
Makanya, para calon politisi pada sibuk, jauh sebelumnya 4-5 tahun sebelum Pemilu, bukan ngurusin bagaimana negeri ini akan lebih baik. Tetapi bagaimana rencana bisa lolos dapat kursi di dewan. Payah memang. Namun itulah kenyataan yang kita tidak bisa menolaknya.
Politik memang kotor. Kalau kita tidak ikut main, kita akan dipermainkan. Contohnya sudah banyak. Tahun lalu di Malang, hampir 100% anggota dewan DPRD, berbondong-bondong mengenakan baju Orange, digiring oleh KPK. Satu peleton anggota dewan akan masuk bui.
Anehnya, mereka jalan-jalan santai sambil tersenyum, seolah tidak terjadi apa-apa. Mereka tidak risau. Pasalnya, mereka sudah punya tabungan. Paling banter nanti hanya dihukum selama dua tahun penjara. Tidak masalah.
Kenal Kepala Daerah
Rumus ketiga untuk jadi politisi itu kenal dengan kepala daerah. Pelan-pelan saja kenalannya, jangan terburu. Ini sangat penting. Kenal dengan kepala daerah, jalan panjang akan menjadi pendek untuk menuju 'istana'.
Seorang kerabat saya, kerja di Real Estate Indonesia, mengatakan, jalur Pantai Utara, dari Surabaya hingga Jakarta, akan dipesan oleh banyak politisi dan cukong-cukong, entah apa namanya. Mereka sudah antri bangun rumah gratisan dari para Developer di sepajang pantai. Enak banget.
Harga rumah bisa mencapai Rp 40 miliar. Rumah super eksotis, menghadap pantai, for free. Bisa langsung menginjakkan kaki ke pasir putih, terpaan ombak. Jenis mobil tinggal pilih. Lantai porselen buatan Itali. Dinding dari beton berlapis kayu jati dari Jawa Timur. Pokoknya, bangunan seperti ini akan selesai dalam 3 tahun sebelum masa jabatan mereka rampung.
Saya tidak omong kosong atau asal nulis kalau tidak dapatkan info seperti ini. Pokoknya, kalau kenal kepala daerah, bisa bantu mempermulus jalan masuk ke Tol Politisi.
Jadi Public Figure
Tahap terakhir rumusan menjadi seorang politisi adalah, tidak perlu pandai bicara. Tidak perlu banyak omong. Kalaupun salah omong, nanti sudah ada teman-teman kita yang dulu pintar saat kuliah, kini jadi kritikus yang akan mengoreksi. Di situlah kita sebagai politisi belajar sambil kerja. Gampang sekali.