Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dari Soekarno ke Jokowi: Dinasti Bersampul Demokrasi

23 Agustus 2020   19:41 Diperbarui: 23 Agustus 2020   19:48 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Habibie kembali ke Indonesia dan tetap ingin berkontribusi dalam dunia penerbangan. Pada 1976, saat PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio berdiri,  langsung menjabat sebagai Presiden Direktur. Habibie berhasil menciptakan pesawat pertama buatan Indonesia. Pesawat ini dinamakan dengan N-250 Gatotkaca. Pesawat ini terbang perdana pada 10 Agustus 1995.

Prestasi Habibie di dunia Internasional mendapatkan penghargaan Edward Warner Award dan Award von Karman. Penghargaan tersebut setara Hadiah Nobel. Jerman juga memberikan penghargaan Das Grosse Verdientkreuz dan Das Grosse Verdenstkreuz Mit Stern und Schulterband. Kampus ia menimba ilmu, yakni ITB memberi penghargaan tertinggi, yaitu Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.

Selain berkutat di dunia penerbangan, Habibie terjun ke dunia politik dan menjabat Menteri Riset dan Teknologi pada 1978-1998. Kemudian, pada 1998, beliau menempati posisi Wakil Presiden RI ke-7 mendampingi Presiden Soeharto.

Dua bulan dilantik sebagai wakil presiden, Habibie juga sempat ditunjuk sebagai Presiden Indonesia ke-3 menggantikan Soeharto yang lengser. Meski hanya menjabat dalam waktu pendek, satu tahun lima bulan, prestasi selama menjadi presiden sangat diapresiasi masyarakat.

Tidak ada presiden kita yang sekelas Habibie. Pantas jika orang seperti kami ini merindukannya. Yang paling membanggakan adalah, tidak ada niatan melestarikan kekuasaan lewat anaknya, Ilham Habibie.

Dinasti Politik Pasca Jokowi

Saat ini Presiden dan partai penguasa yang mengusungnya, menjadi sorotan media dan banyak kalangan. Salah satunya adalah Megawati nanti ini akan milih siapa sebagai penggantinya, apakah Jokowi atau Puan sebagai anak kandungnya.

Dari beberapa pengamat, Megawati lebih memilih Puan. Kalau ini yang terjadi, terlebih jika Jokowi tidak mampu menyelesaikan jabatannya hingga tahun 2024. Jika terhenti di tengah jalan, maka tamatlah Jokowi yang sedang memupuk karir perpolitikan puteranya, Gibran.

Namun kita tidak tahu, umur manusia ada di Tangan Sang Maha Kuasa. Karena Ibu Mega sudah tua. Saat ini, para penggede dan pion PDIP masih sangat loyal dan patuh dengan Sang Bunda. Jadi, bila Ibu Mega menunjuk Puan, tidak ada yang berani bilang: "No!" Semuanya mengangguk.

Skenarionya akan beda bila tampuk kepemimpinan diberikan ke Jokowi. Bisa saja arah PDIP akan berubah. Atau, bukan tidak mungkin, apa yang terjadi pada Fahri Hamzah di PKS, akan menimpa pada Jokowi? God Knows......

Sementara partai penguasa sibuk dengan skenario bagaimana cara melanggengkan dinasti, partai-partai lainnya juga tidak kalah sibuk merencanakan strategi bagaimana bisa menang dalam Pemilu 2024 nanti. Di antaranya adalah Dinasti SBY melalui partai Demokrat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun