Ibukota sekelas Jakarta, pasti tidak sulit mencari orang bayaran untuk melakukan hal tersebut dan dibayar tidak seberapa. Yang paling penting adalah, Kejagung itu pusat peyimpanan dokumen terkait KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) yang melibatkan mafia kelas kakap. Â
Mereka pasti sudah lama merencanakan. Biasalah, kayak film-film Hollywood. Skenario akan dibuat sedemikian rupa sehingga terkesan kebakaran normal atau kecelakaan. Itu gampang dibuat. Tidak perlu meminta pendapat seorang ahli.Â
Anak-anak zaman sekarang sudah sangat pintar untuk bikin scenario fim bagaimana sebuah kejadian agar tidak terkesan ada actor dibaliknya. Kebakaran koq milih?
Kebakaran di Kejagung menyisakan duka di tengah Covid-19.
Kalaupun benar karena murni kecelakaan (Human Error), kayaknya Pemerintah harus hati-hati dalam membangun infrastruktur. Jangan asal bangun yang mudah terbakar. Risikonya besar dan biayanya bahkan jauh lebih mahal.Â
Bikinlah gedung yang berkuaitas seperti kantor-kantor pemerintahan di Eropa. Mahal tapi tahan lama. Bukan murah tapi gampang terbakar.
Kalau memang kebakaran ini adalah ulah criminal, lakukan penyelidikan yang fair dan terbuka. Jangan kayak nangani kasus Novel Baswedan. Penanganan kasus yang ditutup-tutupi namun mengatas-namakan keadilan justru mencoreng nama baik lembaga, bahkan negara.
Kita sudah sering melihat kejadian kebakaran mulai dari pasar hingga gedung-gedung komersial. Barangkali bisa dimengerti karena di tempat-temat ini rawan barang-barang yang mudah terbakar dan orang-orang di situ terlalu banyak, kadang ceroboh.
Kalau Gedung Kejaksaan yang terbakar, kita yang tidak sekolah pun, pasti punya jawabannya tanpa penyelidikan. Tinggal tugas yang berwajib mencari, siapa dalangnya? Â
Malang, 23 August 2020
Ridha Afzal
Â