Saya Nyaris Ditipu
Saya jarang sekali curiga. Bagi saya, punya rasa curiga itu tidak sehat. Bisa gelisah dan susah istirahat. Karena itu saya buang jauh-jauh. Kecuali saat di mana saya merasa ada yang tidak beres. Misalnya, ada tanda-tanda mau nipu. Ahamduillah ini jarang terjadi, higga dua pekan lalu.
Salah satu group WA saya adalah DIKMAS Malang Raya. kelompok teman-teman yang gabung daam lembaga pelatihan se-Malang Raya.Â
Tiba-tiba saya dapat pesan masuk. Isinya, meminta nanti memberikan nomer Konfirmasi yang akan dikirim lewat nomer HP saya. Semua saya tidak curiga. Tapi rasa ingin tahu saya tiba-tiba muncul.
Saya bertanya, kenapa mesti saya? Mengapa tidak istri anda atau saudara-saudara dekat anda saja mengirmnya? Dia tidak jawab hingga beberapa jam. Dari situ saya mulai curiga.
Ternyata benar, kemudian bermunculan beberapa pesan di group yang sama, mengeluh hal serupa. Ternyata ketemu diagnosanya. Salah seorang anggota group kami, nomer HP dan HP nya diretas. Untuk nipu.
Hacking
Zaman sekarang ini, era teknologi informasi yang ketat. Semuanya serba digital. Pesan makan saja, kini bisa melalui aplikasi. Belanja tidak perlu ke pasar. Cukup melalui website.
Kelemahannya, dengan berkembang-pesatnya digital, ternyata juga dibarengi dengan 'ancaman-ancaman' dalam bentuk digital.Â
Misalnya, baru-baru ini, beredar kabar, terdapat 91 juta data akun dari pengguna e-commerce di Tokopedia, yang diduga telah diretas dan diperjualbelikan pada sebuah forum gelap.
Kabar serupa sebelumnya, juga beredar di media social yang diunggah oleh akun Twitter @underthebreach. Isi beritanya mengatakan,ada sekitar 15 juta pengguna Tokopedia yang datanya telah diambil. Kata akun tersebut, datanya berisi e-mail, hash password, dan nama pengguna (Kompas, 20/5/2020).