Kalau kita melihat kembali sejarah, bagaimana terjadinya Reformasi, disusul pasangan Gus Dur-Megawati muncul, didukung oleh Amie Rais yang menjadi Ketua MPR periode 1999-2004, semuanya tidak lepas dari kemauan rakyat yang sudah merasa jenuh dengan kungkungan Orde Baru.
Tetapi apa yang terjadi? Hanya dalam waktu setahun Gus Dur berkuasa, kemudian lengser. Apakah kehendak rakyat? Â Tidak demikian jawaban politisi. Waktu itu ada yang bilang bahwa mestinya Ibu Megawati yang lebih pantas jadi Presiden.
Mungkin karena peran skenario tersebut, sehingga orang-orang yang tidak 'rela' atas duduknya Gus Dur di singgah sana, digantikanlah oleh Megawati.Â
Nyatanya, di bawah Ibu Mega pun, yang namanya ketidak puasan, tetap ada. Mulai dari rumor yang tidak pantas lah, karena anak Bung Karno lah, hingga yang menyebut Ibu Mega tidak punya latar belakang pendidikan minimal memenuhi syarat untuk jadi seorag Presiden.
Kita tidak menolak kenyataan, bahwa Gus Dur dan Megawati, tidak lepas dari ambisi untuk jadi Presiden. Hingga hari ini terbukti. Peran Megawati di PDIP tidak pernah lepas pengaruh besarnya dalam upaya mendinastikan kekuasaan, lewat puterinya Puan Maharani.
Perkara Puan pantas atau tidak, itu urusan nanti. Skenarioya harus tetap diatur dulu, tertata dan terstruktur dalam kamus Ibu Mega.
Benar seperti kata Gus Dur dulu. Betapapun Ibu Mega tidak pernah mengenyam pendidikan seperti Gus Dur yang kuliahnya melanglang buana dari Mesir ke Perancis, Inggris kemudian Jerman dan USA, Ibu mega menurutnya tetap disebut sebagai "seorang negarawan".
Tanpa campur tangan seorang Megawati, Pak Jokowi mungkin masih di Solo. Puan Maharani juga tidak bakalan lolos ke Senayan. Meski ada yang kontra terhadap skenario jabatan ini, semua yang dijagokan Megawati akan dan harus dipantas-pantaskan.
Prabowo-Puan Maju tanpa Oposisi
Kabarnya Prabowo tidak berambisi lagi untuk mencalonkan diri dalam percaturan Capres 2024 nanti. Gerindra mendesak dan memintanya untuk tetap maju. Dari PDIP belum 'jelas' siapa yang dijagokan.