Hari ini, tanggal 6 Agustus, Bapak Menteri Kesehatan Dr. Terawan, merayakan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT). Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mewakili seluruh perawat Indonesia meyampaikan ucapan selamat dalam Websitenya. "Selamat Ulang Tahun Menteri Kesehatan. Letjen TI (Purn) Dr.dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K) RI.Â
Sebuah ekspresi penghormatan atas warga profesi terhadap pimpinannya. Sebuah tradisi yang perlu dipertahankan. Sama seperti anak terhadap orangtuanya.
Pada saat yang sama, saya membaca berita bahwa Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI), menduduki peringkat pertama dalam praktik demokrasi di Indonesia (Liputan 6), dengan capaian level 88.29 pada tahun 2019. Sebagai peraih rekor tertinggi.Â
Salah satu aspek terpenting yang dinilai, sebagaimana yang disampaikan oleh Gubernur DKI, Anies Baswedan, adalah dalam perbaikan transpransi anggaran, kebebasan berkeyakinan, kinerja Pemerintah, masyarakat sipil, lembaga legislasi, partai politik, penegakan hokum dan pengadilan.
Lantas apa hubungan HUT Pak Menkes dengan praktik feudal di lingkungan kesehatan? Â Â
Tuan Tanah dan Jongos
Pak Menkes ini berada di Jakarta. Meski sering ke daerah, tapi Pak Menkes kan tidak melihat langsung ke bawah, bagaimana staff level bawah, di lingkungan kementrian kesehatan dan jajarannya ini bergaul dan bekerja.
Sebagian dari Anda pasti pernah masuk rumah sakit (RS). Di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya da Malang, memang beda. Tingkat kesadaran profesi dan kesetaraan tidak sama dengan yang ada di daerah. Tetapi di Aceh, pemandangan hubugan antara dokter dan perawat misalnya, kadang terlihat seolah perawat 'menghamba'. Tidak ubahnya seperti Tuan Tanah dan Jongos pada zaman Belanda.
Ada perawat yang mbikinin Teh atau Kopi untuk dokter. Ada yang mengambilkan pulpen atau jas putih. Kalau tugas perawat seperti ini, untuk apa kuliah tinggi? Â Memang tidak semua dokter suka dengan perlakuan perawat seperti ini. Kadang si perawat sendiri yang 'munduk-munduk' pada atasannya, yang dalam hal ini dokter.
Kalau ada dokter spesialis datang atau visit ke bangsal disambut berlebihan. Mereka bungkuk-bungkuk seakan memberi penghormatan yang berlebihan. Padahal sang dokter bisa jadi tidak menghendaki. Di sisi lain, sikap perawat senior ini kepada adik-adik mahasiswa kurang elok dan terkesan diskriminatif.