Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menelusuri Jejak Kehidupan Pekerja Migran

21 Juli 2020   07:47 Diperbarui: 24 Juli 2020   04:26 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bekal terakhir yang sangat penting adalah dana. Memang ada sejumlah PT yang 'tidak menarik' biaya. Biasanya berupa pinjaman lunak yang bisa dilunasi ketika sudah bekerja di sana nanti.

Menurut bapak Syaifoel Hardy, dari Indonesian Nursing Trainers (INT) yang memberikan pelatihan Soft Skills pada perawat atau bidan khususnya, rata-rata calon PMI diminta membayar biaya terjemahan dokumen dan medical check up. Biayanya berkisar 3-8 juta.

Dharmawan Arief di Jepang. Dokpri.
Dharmawan Arief di Jepang. Dokpri.

Tetapi ada juga biaya yang mahal, bisa sampai Rp 40 juta lebih. Ini karena melibatkan proses pelatihan yang berbulan-bulan lamanya. Untuk ke Jepang misalnya, biaya mahal karena pelatihan selama 5 bulan, jika termasuk makan dan pondokan, katakan Rp 3 juta per bulan, untuk pelatihan saja per kandidat harus membayar Rp 15 juta. 

Belum termasuk terjemaan dokumen, pembuatan passport dan medical. Pelatihan Bahasa Jerman bisa sampai Rp 35 juta. Negara-negara seperti Malaysia, Singapore dan Timur Tengah umumnya tidak butuh pelatihan, akan tetapi butuh Bahasa Inggris sebagai syaratnya.

Yang Membuat Betah

Saya kenal Mas Zaenal, asal Jawa barat yang sudah 10 tahun lebih bekerja sebagai perawat di Belanda mengatakan, perbedaan budaya, suhu udara yang ekstrim, pola dan jenis makanan yang berbeda, serta kultur kerja, sangat berpengaruh terhadap betah tidaknya PMI di luar negeri. 

Mas Zaenal bisa bertahan hingga lebih dari 10 tahun karena memang sudah nekad ke sana. Keluarganya diajak ke sana dan memiliki kerjaan sampingan berupa jualan makanan khas Indonesia yang didistribusikan kepada warga kita.

Betah tidaknya kerja di luar negeri ini lebih bersifat subyektif. Menurut Pak Amir di Kuwait yang sudah dua puluh tahun lebih bekerja di sebuah Government Hospital, kurang panas apa di Kuwait? Toh teman-teman ada juga yang betah. 

Bukan hanya gaji saja yang membuat mereka mampu bertahan. Keteguhan hati, minat dari dalam diri, motivasi ingin memiliki nilai investasi dan siap menghadapi tantangan adalah  beberapa yang perlu dimiliki seorang PMI.

Hal yang sama dikemukakan oleh Pak Imam dalam sebuah acara Webinar tentang Kiat Sukses Kerja di Luar Negeri pekan silam. Kemauan untuk maju dan berkembang menjadi salah satu motivasinya. 

Kalau Pak menurut Pak Sugeng asal Purbalingga yang ada di Qatar saat ini di perusahaan internasional Qatar Petroleum, menyampaikan motivasi dari dalam diri yang paling penting apabila ingin bertahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun