Masalah keterampilan sangat penting. Saat ini, menurut Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), tahun 2018 lalu terdapat 23.431 warga kita yang berangkat kerja ke luar negeri.
Tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 25.489 orang. Sementara tahun 2020 ini mengalami penurunan drastis, karena efek Corona Virus, hanya berjumlah 2347 sampai bulan April lalu.Â
Selama 2 tahun terakhir, mayoritas PMI bekerja sebagai Domestic Worker, diikuti Operator, Caregiver, Pekerja kasar, Pekerja Kebun, Teknisi serta Crane Operator. Inilah 7 jenis keterampilan yang banyak diminati. Â Â
Pengalaman umumnya menjadi syarat utama, walaupun beberapa tidak butuh karena mendapatkan pelatihan. Minimum pengalaman biasanya selama 2 tahun. Untuk tenaga Caregiver, umumnya tidak mensyaratkan pengalaman walaupun yang berpengalaman lebih disuka. Mengapa tidak terlalu disyaratkan pengalaman ini karena calon peserta biasanya ditempa melalui pelatihan selama kurang lebih 5-6 bulan.
Saya pernah mengunjungi sebuah perusahaan pengerah tenaga kerja ini di Malang. Tepatnya PT Mitra Sinergi Sukses yang ada di wilayah Buring, Kodya Malang.
Mereka memiliki berbagai fasilitas pelatihan terkait bahasa, caregiver dan teknisi. Mayoritas pesertanya ke wilayah Asia Pasifik. Kebanyakan cewek. Permintaan tenaga Caregiver saat ini yang paling banyak diminati ke Jepang, Hongkong, Singapore dan Jerman. Â
Untuk bekerja di luar negeri juga butuh dukungan keluarga dan kolega. Ini penting mengingat salah satu syarat yang dibutuhkan, selain ijazah, passport, surat pengalaman kerja, surat sehat, adalah Surat Izin Orangtua. Tanpa dokumen tersebut, tidak akan diberangkatkan.
Lebih dari itu, dukungan keluarga ini sekaligus sebagai dukungan moral penting guna menyemangati kerja.
Saya pernah mengetahui perawat kita cewek asal Sumatera Barat, yang hanya bertahan sebulan kerja di Saudi Arabia, karena tidak betah, kangen sama ibu dan neneknya.
Akibatnya, dia harus mengembalikan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selama proses pemberangkatan yang tidak kecil jumlahnya.
Kasus seperti ini tidak sedikit. Biasanya tidak hanya dukungan keluarga saja. Ada kombinasi dari sejumlah factor yang membuat PMI tidak drop out.