piala, piagam penghargaan atau apapun namanya, di ruang tamu. Ada yang digantungkan. Ada yang menempel di dinding, ada pula yang didudukan di atas buffet. Berjajar jika jumlahnya beberapa. Satu hal yang menjadi pertanyaan saya: adakah ini memiliki tujuan?
Setiap kali saya berkunjung ke rumah orang, rata-rata pemandangan yang saya temui sama. Tidak orang kaya, tidak orang sederhana. Baik pejabat, akademisi, ataupun pegawai biasa. Mereka meletakkanTentu saja ada. Tujuannnya adalah, bisa saja ini sebagai sebuah bentuk kebanggaan diri sendiri agar diketahui oleh orang lai. Ada pula yang sekedar pengingat bahwa dirinya, atau siapapun dalam anggota keluarganya, yang telah bekerja keras guna meraihnya. Ada lagi yang mungkin tujuannya untuk memberikan motivasi pada orang lain yang melihatnya.
Saya tidak menganggap bahwa hal itu tidak baik. Malah baik sekali. Hanya saja, bagaimana dengan mereka yang tidak pernah jadi juara? Betapa sedih bagi yang tidak punya piala atau penghargaan sama sekali di rumahnya. Bukan karena tidak berprestasi, namun karena tidak pernah punya kesempatan untuk ikut serta meraihnya.
Suatu hari, saya mengikuti sebuah prosesi wisuda anak-anak Sekolah Dasar (SD). Saya mikir, setingkat SD saja menggunakan istilah "Wisuda". Betapa berlebihan. Namun saya mencoba berfikir positif. Pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh manajemen sekolah di balik acara yang bagi sementara orang disebut 'sia-sia' ini.
Para wali/orangtua murid harus menunggu lama proses wisudanya karena terlalu banyak pembagian hadiah yang menurut saya 'tidak penting'. Mereka dipanggil satu per satu, naik panggung, dipotret, diberi penghargaan bergilir dalam bentuk Piala, Sertifikat, Mainan dan lain-lain.Â
Penghargaan itu bukan hanya diberikan kepada lulusan terbaik, juara satu, dua dan tiga saja. Ada untuk murid dengan predikat paling rajin, kreatif, menyukai IT, pintar menggambar, pandai baca Al Quran, dan lain-lain. Pokoknya, hampIr semua murid mendapatkan hadiah, piala atau piagam.
Saya mencoba mencari jawaban atas ketidak-ngertian saya terhadap pembagian penghargaan kepada hampir semua murid ini. Pada akhirnya ketemu. Yakni, bahwa semua orang itu membutuhkan dukungan agar bisa maju. Setiap orang butuh penghargaan agar bisa menjadi lebih baik. The appreciation is positive. Â
The Value of a Hard Work
Empat hari terakhir ini saya bekerja keras. Untuk sebuah kegiatan yang saya sebenarnya tidak dibayar. Dari pagi hingga malam. Saya sedang mempersiapkan sebuah acara Webinar, topiknya "Can Writing Skills be Used to Make Money?" Topik yang menurut saya sangat menarik.
Ada tiga pekerjaan 'besar' yang saya lakukan. Pertama, marketing. Saya harus memasang iklan di berbagai media social guna menarik peminat. Even ini murni gratis, tanpa sponsor. Tidak juga ada iklan yang tersembunyi. Yang kedua, saya harus bikin video, merekam pembicara.Â
Yang ini tidak mudah. Karena pemateri harus disiapkan terlebih dahulu, direkam dalam bentuk video, diedit, diberi musik kemudian diupload di You Tube. Yang ketiga, membuat group di Telegram.
Alhamdulillah hasilnya tidak sia-sia. Saya bisa menyelesaikan ketiga pekerjaan besar tersebut tepat waktu. Terkumpul 305 peserta yang ingin gabung dalam Webinar. Videonya cukup bagus. Cukup representative untuk disebut sebagai sebuah presentasi professional. Group Telegram juga telah terbentuk.