Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tuyul dan Penglaris Dagang Etnis Tionghoa, Antara Mitos dan Realita

19 Juli 2020   07:43 Diperbarui: 19 Juli 2020   07:45 3948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Kawi. Sumber: Okenews.com

Tidak jarang orang percaya berupa benda-benda pernik yang tampak tak wajar seperti patung yang ada di sudut rumah, di tengah kolam, keris, lukisan dan sejenisnya yang diletakkan di ruangan biasanya menandakan pelaku pesugihan. Believe it or not, patung atau lukisan ini pada waktu-waktu tertentu dipercaya sebagai simbol yang mewakili dari apa yang dia sembah dalam pesugihan.

Realita
Terlepas dari benar tidaknya adanya Tuyul dan klenik Pesugihan di antara orang Tionghoa, sebetulnya yang perlu dikaji adalah karakteristik orang Tiongoa dalam berdagang atau bisnis. Harus diakui bahwa orang China ini ulet. Mereka tidak gampang menyerah. Mereka juga hemat, tidak suka menghambur-hamburkan uang untuk kepentingan yang tidak perlu.

Saya pernah ke tempat rekreasi dan bareng dengan sekelompok orang Tionghoa. Saya lihat mereka mengenakan pakaian, sandal atau sepatu murahan. Tidak seperti orang kita yang ingin kelihatan 'Wah', padahal aslinya tidak punya. Mereka juga sederhana hidupnya, tidak membeli barang-barang hiasan yang tidak bermanfaat.

Orang China hanya menyekolahkan anak-anaknya yang pintar. Yang tidak pintar disuruh kerja, berdagang. Orang kita, semua disekolahkan. Yang IQ nya biasa saja kita sekolahkan ke kampus mahal. Ujung-ujungnya nganggur. Prinsip ini tidak dainut oleh orang Tionghoa.

Dalam bisnis dagang, mereka milih keuntungan kecil tapi konsisten. Mereka juga jujur, disiplin, tepat waktu. Kiat ini dicintai oleh orang-orang kita. Hasilnya, orang kita sendiri yang lebih suka berbelanja ke toko-toko mereka, walaupun tidak mengedepankan keindahan atau excellent cutomer service. 

Orang Tionghoa dalam berdagang tidak suka macam-macam, pelayannya saja, termasuk orang mereka sendiri, tidak jarang mengenakan Daster atau Celana Pendek. Tidak peduli. Orang kita pun juga tidak peduli juga dengan penampilan mereka. Yang penting harga murah.

Jadi, realitanya, sekali lagi, mungin ada sebagian dari mereka yang percaya klenik ini, karena memang banyaknya yang berkunjung ke Gunung Kawi, terutama saat krisis ekonomi atau Bulan Suro dua bulan lagi. 

Hanya saja, harus diakui karakteristik bisnis orang Tionghoa. Mereka merupakan pedagang ulet, disiplin, hemat, jujur, murah dan tidak mengutamakan penampilan.

Ada yang mau menambahkan?  

Malang, 19 July 2020
Ridha Afzal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun