Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tuyul dan Penglaris Dagang Etnis Tionghoa, Antara Mitos dan Realita

19 Juli 2020   07:43 Diperbarui: 19 Juli 2020   07:45 3948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pecinan Aceh. Sumber: Sketnews.com

Dari paparan Pak Jumain, sebetulnya mitos yang berkembang tentang Gunung Kawi ini terlalu dibesar-besarkan oleh orang-orang, baik pendatang maupun yang memburu bisnis di sana. Penjaganya sendiri menolak pendapat bahwa Gunung Kawi bisa membuat orang bebas dari kemiskinan.

Sayangnya mereka yang membuka bisnis di sana (pondokan, restaurant, warung makanan dan asesori lain), sudah terlanjur melekatkan predikat ini. Sehingga aroma Pesugihan sangat kental. Misalnya ada Pohon Dewandaru yang bila kita kejatuhan daunnya, bisa bebas dari kemiskinan. 

Akibatnya, selalu ada gerombolan orang-orang yang berdiri di bawahnya, ada yang sampai 3 hari lamanya, menunggu jatuhnya daun ini. Mereka menjual paket dari Rp 75 ribu hingga jutaan harganya.

Di sana terdapat Klenteng, ada Lilin Raksana Dewi Kwan Im yang dibangun oleh seorang keturunan Tionghoa yang berubah nasibnya. Lilin raksana ini seharga Rp 50 juta. Ini semua merupakan daya tarik pengunjung.

Rata-rata pengunjungnya orang Jawa dan Tionghoa. Ada yang memang untuk tujuan mencari pesugihan, ada yang sekedar rekreasi dan ingin tahu. Kata Pak Jumain, kalau untuk mencari kekayaan bisa lewat Gunung Kawi, mengapa orang Gunung Kawi sendiri tidak memanfaatkannya, sehingga tidak perlu Ngojek atau jualan Ketela Rambat? Benar juga ya?  

Tuyul dan Ciri-ciri Pesugihan
Memang repot. Tidak percaya ini ada, kalau percaya koq tidak masuk akal. Mbak Ratna, keponakan dari Landlord saya tinggal, pernah beberapa kali kehilangan lembaran Rp 100.000 di rumahnya. Anak-anaknya masih kecil dan tidak mungkin mengambil. Ada pembantu Part Time job juga tidak mungkin, katanya. Dia tidak sendirian. Beberapa ibu-ibu di kompeks perumahannya mengemukakan hal yang sama.

Ada yang bilang mencegah Tuyul ini bisa dengan jalan menaruh Al Quran di lemari di mana duitnya di simpan. Ada juga yang bilang menaruh rambut di dompet. Kepercayaan ini tidak hilang hingga sekarang. Tidak hanya kalangan orang Jawa. Kata Ibu Santi, di antara pemukiman orang-orang Madura di daerah Asembagus-Situbondo, Jawa Timur, juga ada. Hanya tidak spesifik apakah ditujukan untuk etis China atau orang Jawa.    
Menurut Muhammad Alpian dalam Sonara (2020), terdapat beberapa ciri Pesugihan. Di antaranya adalah ada penampakan. Beberapa penampakan yang sering muncul di sekitar rumah pelaku pesugihan bisa berupa hewan-hewan atau bahkan wanita cantik dengan pakaian jaman dulu serta makhluk lelembut lainnnya yang tak kalah menyeramkan. 

Penampakan itu sering dilihat oleh siapa saja, baik orang yang sedang lewat di rumah itu atau tetangga sekitar. Hi..hi.hi.....ngeri juga....

Ada pula yang dalam bentuk wangi-wangian aneh. Rumah yang memiliki wangi-wangian yang baunya membuat suasana rumah terasa mencekam dan menakutkan disinyalir sebagai rumah pelaku pesugihan. Ada lagi yang berupa rumah mewah yang kelihatan angker. Ini bisa dilihat dari ciri fisik yang bisa berupa bentuk rumahnya yang tampak mewah dari luar dan berbeda dengan rumah-rumah di sekelilingnya. 

Mungkin kayak rumah-rumah gaya Eropa kuno barangkali, menjulang tapi menyeramkan. Saya akui memang ada bangunan seperti ini di Jawa. Orang kadang merasa takut hanya dengan melihatnya.

Ada pula yang percaya, adanya ruangan rahasia dalam rumah. Ruangan ini biasanya hanya penghuni dan orang-orang tertentu saja yang mendapatkan akses masuk. Orang lain seperti tamu tak diperkenankan masuk ke dalam ruangan tersebut. Konon ruangan ini digunakan untuk ritual pesugihan atau menyimpan syarat-syarat dari ritual pesugihan itu sendiri. Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun