Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Zaman yang Kita Tidak Pernah Siap Hadapi

10 Juli 2020   18:52 Diperbarui: 10 Juli 2020   18:58 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Mad Max. Warner Bros pic.  

Tadi pagi saya membeli Buah Sawo di pasar Lawang. Lokasi para penjual buah ini semula biasanya terletak tepat di pertigaan di sebelah kiri jalan dari arah Malang menuju Surabaya. Hari ini, di lokasi tersebut mereka tidak ada. Kini berdiri tenda untuk Pos Polisi. Saya tidak tahu mereka pindah ke mana perginya.

Tepat di belakang tenda, ada beberapa penjual buah lainnya. Di situ saya membelinya. Saya tidak sempat bertanya ke mana pindahnya 'kolega' mereka. Berapa sih harga buah Sawo per kilo? Paling banter Rp 20 ribu. Itupun mudah busuk jika dua tiga hari tidak dimakan. 

Pembeli tidak banyak seperti dulu. Penjual buah ini terpaksa harus berdagang ke pasar, menjajakan dagangannya, karena hidup mereka harus jalan terus. Mereka tidak punya pilihan.
 
Itu belum terhitung nasib pedagang-pedagang lainnya. Mereka kini harus hidup dalam dunia 'baru'.  Tidak boleh lepas masker dan selalu siap dengan hand sanitizer. Itulah norma new life, new normal yang harus mereka adopsi sebagai regulasi baru yang kita tidak punya pilihan.

Zona Merah di Malang perlahan sepertinya hanya ada pada kertas dan aturan belaka. Masyarakat seolah 'jenuh' dengan kondisi pembatasan social, jaga jarak, maskeran terus serta cuci tangan di mana-mana. Kejenuhan mereka ditransformasikan dalam bentuk 'kebiasaan' karena memang harus begini. Jadilah kini norma baru, tercipta kebudayaan baru.

Saya jadi ingat sebuah film yang dibintangi oleh Mel Gibson, di era 1980-an, bejudul Mad Max. Dalam film tersebut dilukiskan bagaimana kehidupan masa depan, diramalkan tahun 2050. Suasananya benar-benar beda. 

Tidak ada lagi gedung-gedung tinggi menjulang, pemandangan indah serta tempat rekreasi yang menawan. Orang hanya hidup dengan pil untuk mempertahankan rasa kenyang. Yang ada tinggal puing-puing peninggalan zaman dulu, tidak ubahnya peninggalan zaman purbakala.  

Kurang lebih beginilah gambaran filosofi zaman ini. Kita dimita untuk mengambil hikmah hidup dan kehidupan dari setiap kejadian yang ada. Kita diminta siap menghadapi segala kemungkinan hal-hal yang tidak pernah kita harapkan. Expect the unexpected dalam Bahasa Inggrisnya.

Generasi muda kita sedang menghadapi tantangan besar. Mereka tidak bisa duduk dan hanya main Games, entertainment  atau tebak-tebakan online. Kemadirian dalam banyak hal sangat dituntut. Bukan hanya dalam hal belajar dan mencari referensi sebagai kebutuhan studi formal. Namun kreativitasnya akan diuji dengan kondisi yang seperti ini. 

Generasi kita ke depan harus siap menghadapi zaman di mana kita tidak pernah siap hadapi.  

Malang, 10 July 2020
Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun