Rijal merasa 'dihukum' secara sosial. Puluhan pasang mata yang melihatnya cukup sebagai hukuman yang membuat dia merasa malu dan harga dirinya jatuh. Dia tidak akan pernah melupakan peristiwa ini sebagai pengalaman yang sangat berharga.
Sayangnya, di Indonesia kebalikannya, entah kapan ini akan berlaku. Hukuman social (Social Punishment) belum laku untuk 'dijual'. Orang yang membuang sampah di sembarang tempat, biar dipelototi, juga mungkin malah membentak mereka yang memelototi. Apalagi jika merasa bayar. Mereka yang merokok di restaurant, di warung, tidak pernah merasa bersalah membuang puntungnya di meja, dipiring atau dalam gelas. Membuang sampah makanan apalagi.
Kita butuh banyak lagi orangtua, keluarga, teman-teman, guru, kepala desa dan aparatnya, pak Camat, Pak Bupati, Gubernur hingga presiden yang mengajari disiplin, peduli dan tahu diri. Tidak perlu soal korupsi yang sulit dilakukan.
Ajarkan anak-anak kita membuang sampah di sembarang tempat saja, pasti ke depan nanti akan mampu membuat negeri +62 jadi lebih baik hanya karena sampah yang dibuang pada tempatnya. Ajarkan kami untuk melihat orang-orang yang melanggar: buang sampah seenaknya, tidak memberi tempat duduk pada ibu hamil, atau tidak bantu orang tua yang menyeberang jalan, sebagai bentuk Hukuman Sosial.Â
Berlakukan Hukuman Sosil dengan cara memandang mereka saja, tidak perlu di denda, sebagaimana di Korea. Kita akan lihat hasilnya. Â
Benar seperti kata A.A Gym. Generasi kita ini, sekolah lama-lama, 15-16 tahun, belajar apa ya? Lha koq membuang sampah saja tidak bisa!
Malang, 3 July 2020
Ridha Afzal
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H