Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Belajar dari Korea, Social Punishment di Negeri +62

3 Juli 2020   20:50 Diperbarui: 3 Juli 2020   21:26 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rijal Maulana di Seoul. Foto koleksi pribadi

Kita akhirnya terbiasa dengan kondisi seperti ini. Tidak ada rasa bersalah jika membuang sampah di sembarang tempat. Tidak perlu menyesal melihat orang tua yang sedang menyeberang jalan sendirian. Apalagi jika meresa bayar, maka untuk apa membantu membereskan sisa makanan di restaurant?

Ketiga, di sekolah, tidak ada kesesuaian antara materi yang diajarkan dengan praktik. Walaupun oleh guru diajarkan tidak boleh membuang sampah sembarang tempat, namun ternyata sulit mencari tempat sampah di sekolah. Di kamar mandi juga tidak ada keranjang sampah. Akibatnya, tukang kebun dan tukang bersih-bersih di sekolah sangat kuwalahan setiap hari membersihkan sampah yang dibuang di sembarang tempat oleh anak-anak 'terpelajar' ini.

Keempat, tidak ada 'hukuman' bagi yang melanggar peraturan. Di mana-mana kita baca aturan 'Dilarang Merokok, Dilarang Membuang Sampah di Sini, Dilarang Kencing di Sini' dan lain-lain. Tetapi apa hukumanya jika melanggar aturan? Tidak ada. Jadi untuk apa dibuat aturan jika kesannya main-main?

Dari sini kelihatan sekali bahwa negeri +62 ini tidak serius mendidik generasi masa depan untuk belajar disiplin, menjaga kebersihan, bertanggungjawab terhadap lingkungan serta memiliki kepedlian social yang tinggi.

Saya punya teman dari Aceh juga, yang waktu itu mendapatkan peluang untuk studi banding ke Seoul-Korea Selatan. Hanya dua pekan di sana, namun dia belajar banyak dari masyarakat Korea. Dia jadi paham mengapa negeri semacam Korea ini cepat maju dan digandrungi oleh banyak negara di dunia ini karena beberapa hal yang membudaya di sana pantas dijadikan contoh di dalam kehidupan dunia.

Ada tiga hal menurut Rijal Maulana, nama teman saya, yang dia sangat terkesan dengan Korea: kedisiplinan, kebersihan dan kepedulian. Tiga hal inilah yang membuat nama Korea melejit, cepat maju dan susah ditandingi.

Kedisiplinan jangan tanya. Postur tubuhnya rata-rata tidak beda dengan kita. Tetapi stamina nya luar biasa. Padahal, mereka juga suka Mie Instant dan bubur. Berarti sama dengan kita. Kita malah suka singkong, ketela rambat dan eneka makanan lain yang kita tidak berhenti makan kecuali sudah kenyang. Orang Korea tidak demikian.

Rijal yang perawat, sempat melihat bagaimaa suasana rumah sakit dan kesibukan perawat dan dokter di sana. Kita? Perawat ada yang jalan-jalan di lorong rumah sakit sambil bergandengan tangan seolah-olah berada di tempat rekreasi saja.

Orang Korea sangat gila dalam menjaga kebersihan. Kebersihan bukan hanya nampak di film-film mereka. Kebersihan merupakan bagian dari kehidupan mereka. Mereka sangat memperhatikan kehidupan yang bersih dan rapi ini. Menjaga kebersihan dan kerapian itu tidak harus mahal. Itu yang mereka jaga sebagai budaya.

Yang paling tidak bisa Rijal lupakan adalah suatu hari, saat dia jalan-jalan, ada seorang nenek tua yang sedang menyeberang jalan. Rijal waktu itu tidak jauh dari nenek tersebut lokasinya. Rijal pikir hal yang biasa. Dia tidak pernah mikir bahwa di Korea tradisi membantu orang tua menyeberang misalnya itu sangat diutamakan. Rijal mikir nenek tersebut bisa menyeberang sendiri sebagaimana banyak terjadi di Indonesia.

Apa yang terjadi, beberapa detik sesudahnya, puluhan pasang mata tertuju pada Rijal. Seolah-olah dia telah melakukan sebuah kesalahan besar. Akhirnya ada orang yang 'menegur' mengingatkanya, untuk segera membantu nenek tersebut. Meski tidak terlalu tertatih-tatih seperti seorang Tuna Netra, tetapi dengan dibantu, akan sangat berarti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun