Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Anda Termasuk Tipe Orang Rajin yang Mana?

2 Juli 2020   07:12 Diperbarui: 2 Juli 2020   07:23 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan depan kita memasuki bulan Agustus. Di desa kami, juga di banyak tempat lain di negeri ini, menjelang tanggal 17 Agustus, saat di mana kita merayakan Hari Kemerdekaan, banyak orang sibuk menyambutnya. Dari tingkat RT, RW, desa, kecamatan hingga nasional.

Di RW kami, biasanya ada kerja bhakti. Pada hari Ahad, sesuai kesepakatan warga, kami bersihkan jalan, lorong, selokan dari sampah. Kami bayar iuran untuk ngecat pinggiran jalan. Kami ganti tempat sampah dengan yang baru. Kami pasang umbul-umbul. Tanaman di sepanjang jalan RW kami tata dan rapikan, hingga semuanya jadi nampak enak di pandang.

Kebiasaan ini sudah jadi budaya. Sekali setahun kami lakukan menjelang Perayaan HUT RI. Hari di mana semua orang di negeri ini menyambutnya dengan antusias serta kegembiraan sebagai festival nasional. Bagus, namun ada 'tapi'-nya.

Di setiap menjelang event ini, ada yang perlu dicatat. Kebiasaan bersih-bersih, merapikan jalan, menata tanaman dan tempat sampah, mengapa terjadi hanya sekali setahun?

Itu contoh dalam skala nasional.

Contoh lain dalam skala masyarakat adalah pada saat Lebaran. Banyak orang yang sibuk untuk bersih-bersih rumah, halaman, taman hingga memperbarui cat pagar, hanya saat menjelang Lebaran. Tradisi mengecat pagar hanya menjelang Idul Fitri berlaku di banyak tempat, terutama daerah-daerah.

Pada skala keluarga, kebiasaan bersih-bersih menjelang event ini kelihatan sekali. Ibu-ibu rumah tangga pada sibuk mengganti korden, taplak meja, membersihkan meja kursi, dari ruang tamu hingga dapur, semua dibersihkan. Kesannya, rajin, tapi hanya setahun sekali, yakni ketika Lebaran tiba.

Dalam skala invididu, rajin ini juga kelihatan menyolok ketika menjelang ujian. Wisuda, memperoleh pekerjaan baru, baru diangkat menjadi PNS dan sejenisnya.  

Ringkasnya, hemat saya, dalam hidup ini ada 3 jenis rajin, yaitu rajin dadakan, rajin musiman dan biasa rajin.

Rajin dadakan adalah rajin yang sifatnya mendadak, tiba-tiba jadi rajin. Contohnya ketika mendadak ada berita akan kedatangan tamu, kita jadi sibuk, pontang-panting bersih-bersih, merapikan. Kamar tidur, kamar mandi, dapur hingga ruang tamu. 

Pekerjaan pribadi bisa jadi berantakan karena saking sibuknya mengurus berbagai kepentingan untuk mendapat gelar 'rajin' ini. Walaupun ada orang-orang yang tidak peduli dengan ini, maunya apa adanya, namun tida sedikit yang melakukan pekerjaan yang berupa rajin mendadak ini.

Apa ada yang salah? Absolutely no! Persoalannya, kita akan capek sekali. Pekerjaan berbulan-bulan digarap dalam beberapa jam. Puasnya sementara. Karena sesudah itu, keadaan akan kembali ke 'normal'. Artinya, keadannya berantakan lagi. Mengapa? Karena rajin bukan bagian dari 'tradisi'.
 
Ada lagi, dan ini yang paling umum, adalah rajin yang sifatnya musiman. Artinya, rajin nya menurut mood. Jika sedang mood, semua dikerjakan. Bangun pagi-pagi, mengerjalan hal-hal yang semua tidak biasa dikerjakan, kali ini digarap. Rajinnya, jika merasa enak badan, enak fikiran, enak perasaan.  

Apa ada yang salah? Tidak ada. hanya saja, persepsi orang yang akan beda. Orang lain biasanya tanda tanya: 'Ada apa?' atau 'Tumben?'. Maklumlah, kita memang selalu serba salah. Rajin banget dibicarakan, kadang-kadang rajin juga dipertanyakan, apalagi kalau malas. Jadi bahan pembicaraan.

Ini sering sekali terjadi, di kantor, di tempat kontrakan atau di kampus. Pasti ada saja orang yang nanya. Khususnya apabila penampilan atau dandanan kita yang biasanya asal-asalan, kemudian rapi karena musiman.

Dua jenis rajin di atas (rajin musiman dan rajin mendadak) yang menghambat keberhasilan kita dalam hal apapun. Rajin dalam Bahasa Inggrisnya disebut 'diligent', menurut KBBI, adalah: suka bekerja (belajar dan sebagainya), getol, sungguh-sungguh bekerja dan selalu berusaha. 

Rajin adalah sifat manusia yang melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan. Rajin juga disebut sebagai ketekunan dalam mengerjakan suatu urusan.

Ada banyak contoh kegiatan yang membutuhkan kerajinan ini yang akan diperoleh hasilnya secara maksimal lewat kesungguhan, ketekunan dan keseriusan. Contohnya belajar. Rajin belajar, artinya terjadwal rutin, jadi kebiasaan. Bukan mingguan, bulanan atau hanya menjelang ujian.

Orang yang rajin belajar, merasa bebannya ringan. Setiap hari dilakukan, mungkin 30 menit, kelihatan singkat dan sepele, namun rutin. Ini dirasakan jauh lebih ringan dari pada sepekan belajar sekali selama 3.5 jam. Manfaatnya juga sangat besar. Kerajinan seperti ini akan menjadi kebiasaan positif yang jarang disadari oleh banyak orang.

Orang yang rajin bangun pagi, berdoa, belajar, membaca kemudian menulis misalnya, tidak akan merasa berat, karena sudah terbiasa. Hasilnya juga akan kelihatan tetapi tidak dalam jangka pendek. Rajin menulis misalnya, kalau langsung membuat buku setebal 350 lembar, akan sangat berat bebannya. Selain panas di otak, lelah di badan juga menyita waktu serta tenaga yang tidak sedikit.

Sebaliknya, lewat rajin menulis setiap hari, katakanlah hanya 2 lembar dalam satu jam sehari, dalam waktu sebulan bisa didapatkan 60 lembar. Dalam waktu 175 hari tujuan akan tercapai. Memang, kelihatannya lama. Namun jika tidak difikirkan atau dihitung jumlah hari tersebut, tidak akan terasa lama, terlebih jika kita memiliki aktivitas lainnya.    

Sayangnya, masyarakat kita mayoritas masih masuk dalam kategori rajin dadakan dan musiman. Kita belum masuk kategori rajin habitual, yakni terbiasa rajin. 

Rajin habitual ini umumnya dimiliki oleh orang-orang di negara-negara maju, seperti Korea, Jepang, Finlandia, Jerman, Belanda, Canada, USA dan Australia. Di mana orang-orang mengerjakan sesuatu didasari oleh kesadaran yang tinggi. Rajin merupakan kebutuhan mereka untuk mencapai suatu tujuan. Bukan musiman. Apalagi keterpaksaan.

Anda masuk kategori mana?  


Malang, 2 Juli 2020
Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun