Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Anda Termasuk Tipe Orang Rajin yang Mana?

2 Juli 2020   07:12 Diperbarui: 2 Juli 2020   07:23 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa ada yang salah? Tidak ada. hanya saja, persepsi orang yang akan beda. Orang lain biasanya tanda tanya: 'Ada apa?' atau 'Tumben?'. Maklumlah, kita memang selalu serba salah. Rajin banget dibicarakan, kadang-kadang rajin juga dipertanyakan, apalagi kalau malas. Jadi bahan pembicaraan.

Ini sering sekali terjadi, di kantor, di tempat kontrakan atau di kampus. Pasti ada saja orang yang nanya. Khususnya apabila penampilan atau dandanan kita yang biasanya asal-asalan, kemudian rapi karena musiman.

Dua jenis rajin di atas (rajin musiman dan rajin mendadak) yang menghambat keberhasilan kita dalam hal apapun. Rajin dalam Bahasa Inggrisnya disebut 'diligent', menurut KBBI, adalah: suka bekerja (belajar dan sebagainya), getol, sungguh-sungguh bekerja dan selalu berusaha. 

Rajin adalah sifat manusia yang melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan. Rajin juga disebut sebagai ketekunan dalam mengerjakan suatu urusan.

Ada banyak contoh kegiatan yang membutuhkan kerajinan ini yang akan diperoleh hasilnya secara maksimal lewat kesungguhan, ketekunan dan keseriusan. Contohnya belajar. Rajin belajar, artinya terjadwal rutin, jadi kebiasaan. Bukan mingguan, bulanan atau hanya menjelang ujian.

Orang yang rajin belajar, merasa bebannya ringan. Setiap hari dilakukan, mungkin 30 menit, kelihatan singkat dan sepele, namun rutin. Ini dirasakan jauh lebih ringan dari pada sepekan belajar sekali selama 3.5 jam. Manfaatnya juga sangat besar. Kerajinan seperti ini akan menjadi kebiasaan positif yang jarang disadari oleh banyak orang.

Orang yang rajin bangun pagi, berdoa, belajar, membaca kemudian menulis misalnya, tidak akan merasa berat, karena sudah terbiasa. Hasilnya juga akan kelihatan tetapi tidak dalam jangka pendek. Rajin menulis misalnya, kalau langsung membuat buku setebal 350 lembar, akan sangat berat bebannya. Selain panas di otak, lelah di badan juga menyita waktu serta tenaga yang tidak sedikit.

Sebaliknya, lewat rajin menulis setiap hari, katakanlah hanya 2 lembar dalam satu jam sehari, dalam waktu sebulan bisa didapatkan 60 lembar. Dalam waktu 175 hari tujuan akan tercapai. Memang, kelihatannya lama. Namun jika tidak difikirkan atau dihitung jumlah hari tersebut, tidak akan terasa lama, terlebih jika kita memiliki aktivitas lainnya.    

Sayangnya, masyarakat kita mayoritas masih masuk dalam kategori rajin dadakan dan musiman. Kita belum masuk kategori rajin habitual, yakni terbiasa rajin. 

Rajin habitual ini umumnya dimiliki oleh orang-orang di negara-negara maju, seperti Korea, Jepang, Finlandia, Jerman, Belanda, Canada, USA dan Australia. Di mana orang-orang mengerjakan sesuatu didasari oleh kesadaran yang tinggi. Rajin merupakan kebutuhan mereka untuk mencapai suatu tujuan. Bukan musiman. Apalagi keterpaksaan.

Anda masuk kategori mana?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun