Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menilik Karakter Penulis Lewat Karyanya, Bisakah?

28 Juni 2020   07:12 Diperbarui: 28 Juni 2020   07:34 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata 'menilik' memiliki arti  penglihatan yang teliti (terutama penglihatan dengan mata batin). 'Menilik' juga bisa berarti melihat dengan sungguh-sungguh, mengamat-amati, mengawasi dan memeriksa.

Saya belajar selama 16 tahun hingga selesai sarjana. Dari sejak SD hingga S1, kami diajar baca tulis. Memang lancar keduanya. Tetapi soal menulis, lebih dar 90% ternyata banyak teman-teman yang tidak mampu. Jangankan tulisan panjang teksnya seperti Skripsi. Untuk menyusun Kata Pengantar saja, teman-teman banyak yang belepotan. Makanya dapat dimengerti ketika kami mendapatkan tugas untuk menyusun makalah atau sejenisnya, rata-rata, boleh disebut 80% lebih, mahasiswa menyontek dari pada hasil buah fikiran sendiri.

Atas dasar ini, dosen senior khususnya, yang tahu benar kapabilitas mahasiswanya, seringkali tidak percaya dengan karya tulis mereka. Sehingga tidak jarang, dosen-dosen kami bertanya kepada mahasiswa saat menyerahkan tugas,: "Ini hasil karyamu sendiri?" atau "Kamu nulis sendiri ya?" Penuh ketidak-percayaan. Maklum, dosen sendiri juga jarang yang 'pandai menulis'.

Dari pengalaman ini ternyata benar, kemampuan seseorang bisa dibaca lewat tulisan. Dalam hal ini, khususnya kehidupan kampus. Dosen yang akrab dengan mahasiswa, paham akan bagaimana potensi dan kompetensi mereka, tahu persis sampai di mana kemampuan anak didiknya terkait tulis-menulis ini. Mereka yang tida terbiasa menulis, kemudian tiba-tiba punya tulisan yang baik, tertata dengan tata bahasa dan perbandaharaan yang bagus, bikin tanda tanya teman-teman dan dosennya. Jujurkah dia?  

Kalau begitu, bisakah kita menilik karakter seseorang lewat tulisannya?

Saya sering membaca banyak artikel atau buku. Dari pengarang atau penulis yang sama, terkadang saya bisa mengetahui 'gaya' tulisannya. Tanpa melihat siapa penulisnya pun, saya bisa 'meraba' jika gaya penulisan seperti ini, 'mirip' gaya orang-orang tertentu. Misalnya, saya kenal dengan gaya menulis seorang Gunawan Muhammad di Majalah Tempo, Karni Ilyas di Majalah Forum, atau gaya tulisan Dahlan Iskan di Jawa Pos. Namun 'gaya penulisan kalimat' di sini harus dibedakan dengan 'cara penulisan huruf'.

Banyak karya tulis atau artikel yang mengupas tentang 'penulisan huruf'. Misalnya seperti yang ditulis oleh Dwita Apriliani dalam artikel yang bertajuk 'Menebak Kepribadian dari Tulisan Tangan'. Menurutnya, ada orang yang suka menulis dengan huruf-huruf kecil, yang katanya pemalu. Jika menulis dengan huruf-huruf besar, katanya lebih terbuka. Yang menulis jaraknya jauh-jauh, orangnya senang menikmati kebebasan atau kemandirian.

Tekanan pada tulisan menunjukkan orang yang penuh komitmen atau sensitive. Tulisan yang mirip tanda tangan, misalnya yang tanda tanganya terlihat jelas dan muda terbaca berarti orangnya mudah nyaman serta unya rasa percaya diri tinggi. Sementara yang susah dibaca, orangnya susah ditebak dan bukan pribadi yang terbuka.

Penulisan huruf yang bulat dan runcing, menurut Reader's Digest, yang bulat berarti orangnya penuh kreativitas dan memiliki kemampuan artistic yang baik. Yang runcing menunjukkan kecerdasan. Mereka yang menulis dengan cepat menggambarkan tipe orang yang tidak sabar dan suka membuang waktu. Sebaliknya yang suka berlama-lama menulis orangnya mendiri dan kerap ikut peraturan.

Tulisan huruf yang miring yang berubah secara dramatis, berarti orangnya suka bohong. Ada lagi yang berpendapat kalau suka menggunakan tanda baca berarti orangnya suka emosional atau memiliki kepribadian obsesif. Demikian seterusnya.

Mengenal karakter seseorang lewat tulisannya tidak seperti Ilmu Grafologi, sebuah metode ilmiah untuk mengenali, mengevaluasi dan mengetahui kerpibadian seseorang melalui tarikan dan pola yang ditampilkan oleh tulisan tangan kita.

Saya sih tidak percaya. Kalau pun ada yang tepat 'dugaan' di atas, bisa jadi kebetulan. Termasuk mitos, bahwa tulisan dokter umumnya tidak bisa dibaca. Orang yang tulisannya jelek, dibilang 'kayak tulisan dokter'. Menurut 'ramalan' pada uraian di atas, orang yang tulisannya susah dibaca tergolong 'extrovert', menutup diri, tidak terbuka. Berarti, tulisan dokter yang rata-rata sulit dibaca, itu orangnya introvert dan tidak suka terbuka? I don't think so!

Orang-orang UK atau USA, banyak yang tulisannya 'jelek' menurut ukuran rata-rata orang kita, tapi terbaca. Yang ini kategorinya bagaimana, hayo? Orang Filipina, rata-rata tulisnnya rapi tertata dengan baik. Apa berarti mereka terbuka, suka hidup terstruktur? Tidak juga. Sementara orang kita yang tulisannya bagus, terbaca degan baik, apa juga berarti rajin? I don't think so!

Maksud saya dalam artikel ini bukan mengupas 'ramalan' karakter seperti itu. Maksud saya adalah, melalui content tulisan, bukan cara menulis huruf-hurufnya, kita bisa mengetahui 'karakter' seseorang?

Kkkk

Presiden Trump. Sumber: thesun.co.uk
Presiden Trump. Sumber: thesun.co.uk
Saya pernah membaca biografi beberapa orang. Ada yang dituliskan oleh orang lain, ada yang ditulis sendiri, tetapi menggunakan jasa orang lain untuk editingnya. Di dunia ini kemampuan orang beda-beda. Ada yang pandai bicara, tidak pandai menulis. Ada yang pandai menulis, tidak pintar bicara. Ada yang kedua-duanya pandai. Ada yang dua-duanya tidak bisa. Ada lagi orang yang bisanya hanya menulis, yang lain tidak rajin. Ada yang rajin dalam banyak hal, namun sangat malas untuk urusan tulis-menulis ini.  


Ada memang tipe orang-orang tertentu yang terdapat kesesuaian antara isi tulisan dengan karakternya. Misalnya tulisan-tulisan Buya Hamka. Melalui buku-bukunya orang bisa membaca bagaimana sebetulnya karakter beliau. Nama lengkapya Haji Abdul Malik Karim Amrullah asal Sumatera Barat ini, sangat dikenal sebagai tokoh masyarakat, ulama terpandang, yang konsisten antara apa yang diucapkan dan perbuatannya. Ada kesamaan antara tulisan-tulisannya dengan kepribadiannya.

Beliau memiliki apa yang disebut konsistensi dan komitmen sebagai orang besar. Selain dikenal sebagai Ulama, beliau juga filosof serta sastrawan. Buku-buku hasil karyanya sangat kita kenal seperti Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'ba, Tafsir Al Azhar, Lembaga Hidup, Tasawuf Modern, dan lain-lain. Karakter Buya Hamka bisa terbaca lewat karya-karyanya. Semua orang setuju, tidak menolak.

Demikian pula misalnya, Dahlan Iskan. Dari karya-karyanya, misalnya 'Ganti Hati', orang bisa membaca bagaimana karakter beliau. Lewat tulisan-tulisannya, orang akan tahu bahwa beliau orangnya ulet, bukan pribadi yang manja, suka kesederhanaan, jujur dan tipe pekerja keras.

Memang benar, to some extent, penulis-penulis kisah perjalanan, autobiografi, suka mencatat apa yang dialaminya dan dirasakan langsung, baik secara fisik psikologis, mental spiritual, bisa terbaca karakter atau wataknya. Hanya saja, ini akan terjadi pada penulis-penulis besar, senior yanridg sudah bertahun-tahun menekuni dunia tulis menulis.

Sementara penulis pemula, walaupun karakternya baik, tetapi karena pengalamannya masih 'kemarin sore' orang akan menganggap pribadinya belum matang, belum bisa terbaca lewat karyanya. Karakternya masih sulit 'dibaca'. Tidak jarang, justru membuat orang lain malah 'tertawa'. Ada juga kasus, meskipun orangnya sudah senior, tua dalam artian umur, bijaksana, baik budi pekertinya, namun karena tidak pandai menulis, karakternya sulit dimengerti.

Jadi kesimpulannya bagaimana?

Mengetahui karakter seseorang lewat tulisannya tidak perlu mempelajari ilmu seperti Graflogi. Kita bisa menilik karakter seseorang melalui karyanya, jika dalam bentuk autobiografi, di mana dituangkan semua pengalaman dan perjalanan hidupnya. 

Dengan catatan dia sendiri yang menulisnya, merangkai kata, bukan karya Ghost Writer. Kita mengalami kesulitan melihat karakternya, jika penulisnya masih tergolong junior.  Apalagi jika tulisannya hanya sebatas puisi. Lewat puisi, jangankan karakter, arti kata-kata yang dirangkai dalam puisinya saja kita, bisa bikin kita 'tersesat'.

So, kalau watak atau karakter Anda ingin diketahui oleh orang lain, yang sering-sering menulislah. Sebaliknya, jika tidak ingin diketahui siapa anda yag sebenarnya, jangan pernah menulis. It's dangerous!

Malang, 28 June 2020
Ridha Afzal
   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun