Tahu sendiri, kali ini ujian online, wisuda juga online. Nyaris tidak ada penghasilan tambahan. Jika yang statusnya sebagai pegawai tetap saja 'kering', apalagi yang honorer. Bisa 'memilukan'.
Perawat di rumah sakit juga mengeluhkan hal yang sama. Selama masa Covid-19 ini, pasien-pasien di rumah sakit pada sepi. Maklumlah, ada aturan baru 'ekstra ketat' prosedur masuk rumah sakit. Mereka yang berkunjung ke bagian emergency misalnya, sangat selektif. Hanya yang benar-benar 'parah' yang dirawat. Akibatnya, bisa dipahami. Pemasukan rumah sakit berkurang dratsis. Kata mbak Tri, bisa 50%. Sementara pengeluaran rumah sakit bertambah.
Bertambahnya pengeluaran RS ini misalnya berupa penyediaan Alat Pelindung Diri, hand sanitizer, sarung tangan dan seterusnya. Pengeluaran ini bisa jadi berlipat-lipat kebutuhannya, melebihi dulu 'saat' normal. Itu belum terhitung pengeluaran lain seperti kertas, banner, kantong plastic, tempat penyimpanan cairan dll. Kelihatannya kecil dan sepele. Namun jika dikumpulkan dan dikalikan selama beberapa bulan, HRD bisa 'pingsan' ngitungnya.
Bagi yang paham, akan bisa menerima mengapa di saat Corona ini karyawan honorer akhirnya tidak menerima insentif, pegawai tetap juga hanya dapat sedikit.
Memang, ada pegawai honor yang kreatif. Mereka punya aktivitas tambahan yang memberikan pemasukan ekstra. Teman senior saya, mbak Tatik misalnya, memberikan layanan homecare, perawatan luka, bahkan melayani khitan. Ada juga yang sambil jualan online. Artinya, tidak berharap hanya dari satu sumber penghasilan yang tidak menentu sifatnya.
Dari dulu hingga sekarang, sepertinya nasib tenaga honor tidak pernah berubah. Hal ini karena sumber dananya tidak bisa rutin diharapkan datangnya. Sebenarnya mereka di tempat kerja yang berstatus sebagai tenaga tetap (PNS) banyak yang mengerti akan kondisinya. Namun mereka tidak mampu berbuat apa-apa.
Instansi, pemerintah daerah, hingga pusat, juga menyadatari fenomenanya. Persoalannya, semuanya punya keterbatasan, baik kapasitas hingga dananya. Oleh sebab itu, cara terbaik adalah berpulang pada tenaga honorer itu sendiri. Misalnya bagaimana agar tenaga honor ini bisa memperkaya keterampilan, kreativitas serta inovasi individualnya.
Tenaga honorer harus pintar-pintar mengatur waktu, tenaga dan fikiran untuk bisa bekerja esktra di luar yang dikerjakan sekarang. Tenaga honorer juga perlu memperluas wawasan serta jaringan agar bisa memasarkan 'produk' jika itu berupa barang atau jasa. Tenaga honorer harus membuang jauh rasa gengsi atau keuntungan yang dianggap 'kecil'.
Dua hal terakhir yang saya sebut ini seringkali dianggap remeh. Asal tahu formulanya, tenaga Honor tidak seperti film horror, yang sadis dan mengerikan.
Malang, 22 June 2020
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H