Sebagai manusia beragama, saya percaya pada apa yang disebut takdir. Saya juga percaya akan apa itu 'nasib'. Dan sebagai professional, saya juga yakin arti 'perjuangan', sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang besar dan terkenal dalam sejarah peradaban manusia.
Nabi Muhammad SAW, Umar bin Khattab (RA), Umar bin Abdul Aziz, Salahuddin Al Ayubi, Julius Caesar, George Washington, Mahatma Gandhi, Thomas A. Edison, Eisntein, Soekarno, B.J.Habibie hingga Jack Ma. Mereka telah mengukir sejarah dunia dengan berbagai kebesarannya. Banyak keteladanan perjalanan hidup mereka yang mungkin kita tidak mampu menyainginya. Apalagi menciptakannya.
Memang, mega karya yang beliau-beliau lakukan tidak akan mampu kita copy & paste. Namun tidak sedikit sikap sederhananya, sangat mungkin kita tiru, kita terapkan dalam kehidupan nyata. Misalnya, jujur, disiplin dan hemat. Tiga hal sederhana ini bisa dikerjakan oleh semua orang, oleh siapa saja. Tidak perlu jadi orang besar untuk jujur. Tidak butuh predikat tenar untuk bisa disiplin. Tidak harus jadi orang terkenal atau menunggu kaya untuk bisa belajar hidup hemat.
Demikian pula halnya dengan prinsip-prinsip lainnya seperti tidak kikir, suka membantu orang lain hingga giat belajar. Semuanya bisa kita kerjakan. Zaman dulu hingga era digital, tidak ada bedanya. Untuk berbuat baik, tidak harus menunggu jadi seorang Kiyai, Begawan atau Pendeta. Â Memimpin diri sendiri pun tidak harus menunggu cita-cita terwujud jadi Presiden.
Dalam sejarahnya, tokoh-tokoh kelas dunia di atas tidak ada yang hidupnya mewah. Mereka mulai dari sederhana dan tetap mengedepakan kesederhanaan. Mereka kedepankan nilai-nilai moral dan kejujuran. Tapi mereka sangat ketat dengan kedisiplinan. Mereka bukan pula orang yang suka akan hidup dengan berfoya-foya.
Kunci keberhasilan para tokoh ini ada pada: minat dan kemauan. Kita seringkali punya masalah terkait dua hal ini. Inilah yang berat kita pegang. Minat dan kemauan ini tidak semua orang punya. Kalaupun ada, banyak yang sebatas pada konsep, rencana, angan-angan, impian atau sebatas ucapan. Banyak orang bisa ngomong dengan lancar apa itu minat dan kemauan. Tetapi tidak mampu menerapkan dalam kehidupan nyata.
Contoh paling simple adalah bangun tidur rutin pagi hari menjelang Subuh. Nampak nya sepele. Nyatanya sulit bagi yang tidak terbiasa. Hanya orang-orang yang betul-betul memiliki minat dan kemaun tinggi yang bisa melakukannya. Betapapun bukan orang Islam yang tidak memiliki kewajiban Salat Fajar. Dibutuhkan kedisiplinan tinggi. Orang yang ingin bangun pagi-pagi, harus memiliki kedisiplinan tinggi dengan berprinsip bahwa hal ini harus dilakukan.
Caranya di antaranya adalah, tidur lebih awal, agar jam tidurnya cukup. Kemudian memiliki keyakinan besar sebelum tidur untuk bangun pagi. Dua hal ini merupakan basic principle yang harus dimiliki. Meskipun tidur masih sore, jam 7 malam, kalau tidak ada niat dan kemauan bangun dini hari, tidak bakal terealisasi rencana bangun paginya. Alias tetap 'bangkong' dalam Bahasa Jawanya.
Mempelajari jejak perjuangan orang-orang besar dalam sejarah manusia, ada empat hal yang menurut saya bisa digunakan sebaga pilar guna mencapai tujuan hidup. Baik sebagai personal maupun professional. Empat hal tersebut adalah: love your work (cintai pekerjaanmu), focus, consistent (istiqamah) dan  don't give up (tidak cepat menyerah). Â
Bulan lalu, saya membuat sebuah video iklan. Sebuah tayangan video yang hanya berdurasi singkat, hanya lima menit. Sangat pendek bila dibandingkan dengan sebuah film. Tapi saya butuh tiga hari guna menyelesaikannya. Ada banyak yang harus saya siapkan. Mulai dari seleksi gambar, foto-foto, video referensi, tulisan, omongan, desain warna, pengaturan dan editing. Dari pagi hingga malam saya kerjakan, meski tidak terus menerus. Maklumlah, belum professional. Video ini kami buat untuk mengikuti lomba sebuah perusahaan telekomunikasi nasional.
Sesudah jadi, ternyata banyak kritik. Tidak semua orang suka. Â Ada saja yang kurang. Mulai dari suara yang sebagian kurang kuat, acting pemain masih amatir, tulisan yang kurang sempurna, hingga isi pesan yang katanya belum mengena. Hasilnya, saat diumumkan, kami tidak masuk dalam daftar pemenang. Padahal, saya optimis bisa meraih juara, meskipun bukan peringkat utama. Awalnya, sedikit menyesal.
Saya mencoba untuk mengambil hikmah dari yang sederhana ini. Bahwa menyintai apa yang saya kerjakan, artinya saya memang belajar untuk menyukai setiap jenis pekerjaan yang saya lakukan jika ingin berasil. Dengan begitu saya bisa menikmati pekerjaan.
Saya juga fokus. Hanya dengan fokus, karya bisa sempurna. Memang butuh waktu. Itu adalah konsekuensinya. Selama tiga hari membuat video, nyaris saya tidak melakukan pekerjaan apa-apa yang besar kecuali terkonsentrasi hanya pada video. Di sini saya temukan manfaatnya.
Yang ketiga, konsisten. Ini yang mungkin saya masih harus banyak belajar. Saya masih harus menekuni pekerjaan, bukan hanya dalam hal membuat video ini saja, pekerjaan lain juga demikian, tidak boleh hanya sesekali. Harus berulang kali, dalam jangka waktu lama. Tidak untuk sekedar sambilan atau sesekali dalam sebulan misalnya.
Dan yang keempat, saya tidak boleh menyerah. Ketika menyerah, berakhirlah sebuah perjuangan.
Pada intinya, ternyata benar, hal-hal besar dalam hidup ini harus dimulai dari yang kecil. Konsep inilah barangkali yang ada pada para pemikir dunia, sebagaimana yang dimiliki oleh beliau-beliau di atas. Para tokoh yang mengukir harum namanya dengan tinta emas dalam sejarah manusia.
Persis seperti membangun sebuah rumah. Kerikil yang nampak kecil dan tidak berguna. Namun tanpa kerikil, dinding rumah tidak bakal berdiri. Demikian barangkali hikmah yang saya dapat dari tokoh-tokoh kelas dunia. Mulailah dari yang kecil dan sederhana. Cintai, fokus, konsisten serta tidak mudah menyerah dalam melakukan pekerjaan. Inilah jejak langkah sederhana orang-orang besar kelas dunia.
Â
Malang, 17 June 2020
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H