Poltekkes di bawah Kemenkes sibuk soal pendidikan Vokasi. Kementrian lain sudah di level science. Di sini jelas, Akper tidak berkembang.
Kelima, demokrasi kampus, keperawatan yang semula 'besar' jadi 'mengkeret'. Bayangkan, dalam kepengurusan anggota Senat, mestinya berlaku untuk Prodi, bukan jurusan. Apa yang terjadi? Meskipun dalam satu Poltekkes terdapat 12 Kaprodik Keperawatan, tetapi banyaknya suara hanya 1 jurusan.Â
Sebaliknya, jurusan lainnya, seperti Gizi, Kesling, Kebidanan, atau lainnya, meskipun jumlahnya satu, memiliki 'kekuatan' yang sama. Di sini, makna 'demokrasi' tidak jalan. Akibantnya tentu saja jurusan eperawatan dirugikan dalam perolehan suara, meskipun masyarakatnya terbesar di Poltekkes.
Lima penjelasan inilah yang menyebabkan keterpurukan Akademi Keperawatan di bawah Kemenkes di Indonesia. Bukannya dinastinya makin berkembang, malah merosot, terpuruk.
Kalau ditanya, pasti teman-teman dosen dan mahasiswa lebih menyukai system lama. Sayangnya, teman-teman ini bukan pejabat di Kemenkes. Atau biar diasuh oleh Dikti seluruhnya?
Malang, 16 June 2020
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H