Itupun, kalau nilainya baik-baik, ngajarnya bener, tidak masalah. Kalau nilai mahasiswa jeblok, dapat tekanan dari mana-mana. Dari atasan, Kaprodi atau Dekan bakal ditanya karena ada hubungan dengan akreditasi. Dari mahasiswa juga ditanya kapan mengulangnya. Dosen harus bikin daftar ujian ulang. Belum lagi jika ada ujian praktik atau ada praktik lapangan. Bisa basah saat hujan, berkeringat pula kalau musim panas.
Kini lagi ada wabah Corona. Tuntutannya beda. Dosen harus paham video conference. Memang tidak keluar transport. Namun harus siap extra pulsa dan quota. Power point juga makin banyak. Koreksi tugas mahasiswa pula numpuk. Ada Corona bukan berarti makin enak-enakan di rumah. Mundur kena, maju kena, kayak film nya Prambors.
Yang ketiga, dari sisi manajemen kampus. ternyata dosen punya beban extra. Pegang jabatan extra jangan dikira nyaman. Duit tidak seberapa, tetapi mental harus siap-siap tahan bantingan. Era akreditasi dan sertifikasi bikin dosen makin bunyek. Mau ngajar dipanggi pimpinan. Saat ngajar diundang rapat yayasan. Sesudah ngajar pun, eh....masih disuruh ikut seminar, Online lagi. Ketika liburan ternyata, harus susun laporan.
Jadi dosen, kapan istirahatnya?
Makanya, saya mungkin gagal jadi dosen. Koq berat banget ya? Kalau begitu, mau jadi apa ya? Impian saya buyar ketika sadar, bahwa dosen, memang pantas menggondol predikat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Beban kerja berat, penghasilannya tidak seberapa. Dari luar, orang menganggap dosen berada di area Comfort Zone. Ketika sudah ada di dalam kampus, lingkungan kerjanya di Dangerous Zones.
Tulisan ini tidak bermaksud ngomporin teman-teman untuk tidak jadi dosen. Sekali lagi, bukan untuk itu. Ini sebagai pengingat, jika mau jadi dosen, harus siap dari dalam diri. Kalau ngin cepat kaya, cari duit banyak, tolong jangan pernah mimpi. Profesi dosen bisa jadi salah alamat.
Kayaknya, jadi Trainer aja lah yang mudah. Hanya perlu ikut pelatihan Train the Trainer. Punya S2 bagus, tidak punya tidak masalah. Bisa bahasa Inggris excellent. Tidak pintar-pintar amat, juga tak masalah, yang penting komunikasi nyambung. Waktu ngajar seorang Trainer sangat fleksibel. Honor bisa berjubel, asal laris jadwal bimbel.
Malang, 13 June 2020
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H