Kerugiannya ya itu tadi. Jika tidak teliti atau pandai-pandai mengambil hati klien, Ghost Writer bisa kehilangan pelanggan. Klien nya Ghost Writer ini, asal tahu saja, jumlahnya minim.Â
Biasanya hanya orang berduit. Bukan hanya punya duit. Dosen senior saja misalnya belum cukup. Mereka umumnya butuh karya untuk kenaikan pangkat atau jabatan. Mahasiswa butuh untuk skripsi, thesis dan disertasi. Mahasiswa biasanya tidak mampu untuk bayar malal. Intinya, pasarnya Ghost Writer ini terbatas pada kalangan tertentu yang benar-benar mampu.
Kelemahan lainnya adalah kualitas tulisan. Jika tidak bagus, kita belum sanggup memberikan bukti bahwa karya kita dimuat atau diterbitkan, rasanya agak sulit mendapat kepercayaan klien. Oleh sebab itu Ghost Writer harus konsisten guna mempertahankan kualitas tulisan. Jangan menulis sambilan. Ibarat pisau, tidak bakal tajam karena jarang diasah.
Ringkasnya, sebetulnya enak sekali jadi Ghost Writer. Walaupun di akhir proyek nama kita tidak tertuang, tetapi kepuasan tidak akan punah. Mau coba?
Malang, 5 June 2020
Ridha Afzal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H