Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Indonesia Itu Sebenarnya Bisa Disebut Bahasa atau Dialek?

1 Juni 2020   19:48 Diperbarui: 1 Juni 2020   19:57 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak di Sekolah Dasar (SD), kami banyak diajar tentang berbagai bahasa sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan.

Di Aceh, kami belajar bahasa Aceh. Terdapat 13 suku kami dengan 11 bahasa di Aceh dengan bahasanya sendiri, yakni Bahasa Gayo, Aneuk Jamee, Sinkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai, Pakpak, Haloban, Lekon dan Nias.

Sesudah masuk SMP, pengetahuan tentang ragam bahasa saya berkembang. Dari ilmu pengetahuan yang saya dapat, ada 652 bahasa di Indonesia dengan 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010. Namun demikian, ada hal yang membuat saya belum puas terkait definisi bahasa ini.

Dari beberapa referensi saya dapatkan perkembangan Bahasa Indonesia mengalami beberapa tahapan. Sebelum kita kenal dengan penggunaan Bahasa Indonesia, kita menggunakan Bahasa Melayu Kelasik dan Melayu Kuno.

Bahasa Melayu Kuno ini memiliki alphabet berupa Bahasa Sansekerta yang berasal dari India. Sementara Melayu Kelasik, menggunakan huruf Arab.

Di era Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi sejak Maret 1947 sebagai pengganti Ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sejak 1901, kemudian Ejaan Baru pada tahun 1967 sebelum disempurnakan tahun 1972, semuanya menggunakan Huruf Latin.

Dalam sejarahnya di sejumlah referensi, huruf alphabet yang kita kenal sekarang ini yang berjumlah 26 huruf diperkirakan sudah ada sejak 7000 tahun lalu dengan menggunakan gambar-gambar atau yang disebut sebagai simbol-simbol Piktograf.

Sekitar tahun 3100 SM bangsa Mesir menggunakan Piktograf hingga Ideograf berupa simbol-simbol yang lebih kompleks untuk mempresentasikan gagasan serta konsep abstrak yang lain. Demikian seterusnya hingga mengalami perkembangan dimana Huruf Roman atau Latin yang memiliki 26 huruf ini diterapkan sejak abad pertengahan.

Dari sejarah perkembangan bahasa ini saya berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan bahasa adalah sarana komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan sesama dengan menggunakan simbol-simbol.

Yang menjadi pertanyaan saya kemudian adalah, kalau tidak memiliki simbol apakah bisa disebut sebagai 'bahasa'?

Saya tahu mengenal lewat buku dan media elektronik lainnya terkait bahasa ini. Saya lihat Bahasa Parsi, Arab, India, Urdu, Hindi, Sinhalese, Jepang, China, hingga Jawa dan Bali, mereka memiliki alphabet. Sementara Bahasa Indonesia tidak punya. Bahasa Indonesia 'pinjam' alphabet berupa Huruf Latin, yang notabene bukan milik kita. Bahasa Indonesia seperti halnya Bahasa Melayu modern, yang hanya mengenal 'ucapan' bukan 'huruf'. Beda halnya dengan Bahasa Jawa kuno yang punya huruf 'Ha, Na, Ca, Ra, Ka' dan seterusnya.'

Menurut Oxford Advance Learner's Dictionary, language is 'the system of communication in speech and writing that is used by people of a particular country or area'. Dari definisi ini jelas, bahwa yang dimaksud dengan bahasa bila memiliki syarat, yakni sistem ucapan dan tulisan.

Menurut The New Webster's International Encyclopedia (1991), yang dimaksud bahasa (language) , berasal dari Bahasa Latin 'Lingua', 'tongue', lidah, adalah 'means by which humans express themselves vocally and communicate with others'. Atau sarana yang digunakan oleh manusia secara verbal guna berkomunikasi dengan sesamanya. Ensiklopedia ini hanya menyebutkan kata 'sarana untuk berkomunikasi secara verbal' tanpa menyebutkan syarat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2007) yang dimaksud dengan bahasa adalah 'sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri'.

Dari ketiga difinisi di atas, terdapat dua kelompok syarat yang harus dimiliki oleh sebuah bahasa. Pertama diucapkan, memiliki simbol dan arti. Kelompok kedua, sebagai sarana komunikasi verbal. Dari dua kelompok ini, bagaimana dengan kedudukan Bahasa Indonesia?

Bahasa Indonesia dalam sejarahnya tidak memiliki symbol-simbol tersendiri. Simbol yang digunakan berupa Alfabet Latin, bukanlah 'milik' Bahasa Indonesia. Dari sudut pandang etimologi, Huruf Latin bukan milik kita. Sebaliknya, asal-muasalnya Bahasa Indonesia adalah Bahasa Melayu. Bahasa Melayu Kelasik pun, tidak memiliki alphabet, karena huruf yang mereka gunakan adalah Huruf Arab. Dengan demikian, Bahasa Melayu sebenarya juga tidak bisa disebut sebagai 'bahasa' bila ditinjau dari definisi bahasa bagian pertama. Kecuali kita masukkan dalam definisi kedua.

Bagaimana dengan 'Dialek'?

Menurut KBBI, dialek adalah 'variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai, kelompok sosial tertentu, atau kurun waktu tertentu'. Dengan demikian, dari definisi KBBI ini, Bahasa Indonesia bisa juga dikategorikan sebagai 'Dialek' Bahasa Melayu, karena lokasi dan kelompok sosial yang berbeda. Sebagaimana kita ketahui, Bahasa Indonesia tidak jauh beda dengan Bahasa Melayu.

Bahasa Indonesia kedudukannya bisa jadi sama dengan Bahasa Padang, Bengkulu dan Palembang yang 'dekat' dengan 'Melayu'.

Oxford menyebutkan, Dialek adalah 'the form of a language that is spoken in one area with grammar, words, and pronunciation that ma be different from other forms of the same language'.

Dari definisi ini jelas sekali, bahwa Bahasa Indonesia, sebenarnya bukan 'bahasa' dalam artian orisinalnya. Akan tetapi lebih tepatnya disebut sebagai 'Dialek' Bahasa Melayu yang mendapatkan tambahan, pengurangan serta asimilasi lainnya dari bahasa-bahasa lain di dunia, termasuk Bahasa Arab, Inggris, China, India dan Jawa.

Saya belum pernah mendapatkan penjelasan dari guru bahasa sejak SD hingga di perguruan tinggi tentang hal tersebut di atas. Terlepas dari kecintaan terhadap Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan, yang namanya pengetahuan kita harus tetap sebagai kebutuhan. Correct me if I am wrong!

Malang, 1 June 2020
Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun