Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sedekah is My Life Style

8 Mei 2020   01:00 Diperbarui: 8 Mei 2020   01:04 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum Ramadan saya sering jalan-jalan ke kota Malang. Di sejumlah Lampu Merah, saya lihat ada satu atau dua pengemis/pengamen jalanan. Saya pernah dengar jumlahnya tidak sebanyak dulu. Begitu kisahnya. Terutama kelika ada turis, baik domestik maupun asing. 

Dari sekian perjalanan saya ke beberapa kota di Indonesia, Malang tergolong lebih baik dalam hitungan jumlah pengemis ini. Namun demikian, maraknya pengemis di bulan Ramadan ini harus dibedakan dengan jumlah orang yang memberi sedekah. Jumlah orang bersedekah itu tidak ada kaitanya dengan jumlah pengemis. Sebaliknya, banyaknya pengemis bukan berarti karena sedikitnya orang yang memberi sedekah.

Di zaman modern ini dikenal banyak cara orang mencari rejeki. Yang membuat kita ogah bersedekah kepada pegemis jalanan di antaranya karena adanya isyu bahwa mereka bagian dari jaringan yang ada 'mafia' nya. 

Ada koordinatornya. Lagi pula memang menyangkut estetika sosial. Terkesan 'merusak' pemandangan, selain mengganggu lalu lintas. Akan tetapi tidak berarti bahwa saya tidak suka memberi sedekah kepada pengemis. Harus diakui pengemis ada yang 'asli' ada pula yang 'palsu'. 

Terlepas dari keaslian dan niat mereka, pemberi sedekah selalu benar dan  masuk kategori perbuatan mulia. Jangkan dalam bentuk uang; Rasulullah SAW mengajarkan, 'senyum pun adalah sedekah'.

Berangkat dari prinsip 'senyum' tersebut saya menganggap, bersedekah itu sangat mudah. Bisa saya kerjakan setiap saat di setiap hari. Sepanjang itu demi kebaikan, kemaslahatan bersama, serta tidak harus dalam bentuk uang, why not?Prinsip inilah yang saya pegang agar bisa dilakukan sebagai suatu kebiasaan. Kemudian menjadi budaya. 

*****
Meskipun belum mendapatkan penghasilan menetap yang mapan, saya tetap ingin jadi active contributor dalam persoalan bersedekah. Tidak harus dalam bentuk uang. 

Misalnya, di tempat pondokan saat ini, saya memang tidak ikut mempersiapkan atau memasak makanan. Kapan itu saya diminta oleh tuan rumah untuk mengingatkan memberi Takjil dan Makan Sahur kepada Satpam. 

Yang saya lakukan kemudian adalah mengingatkan dan atau memberikan makanan ke Satpam, baik ketika menjelang Adzan Mahgrib atau saat Makan Sahur.

Sebelum ke masjid, Maghrib biasanya lampu di sekitar perumahan masih belum nyala. Saya berusaha menyempatkan diri untuk menyalakan. Tombolnya ada di dalam kantor Satpam. Tidak setiap hari ada Satpam di perumahan kami. Kadang mereka libur. Dengan senang hati saya melakukan 'kerjaan' kecil yang tidak butuh tenaga ini.

Di tengah jalan menuju masjid, kedua mata ini selalu melihat ke sana ke mari. Kadang, saat  menunduk, saya temukan paku, batu atau sampah yang mengganggu pengguna jalan. Dalam Islam, pahalanya sungguh besar menghindarkan diri orang lain dari akibat apapun yang bisa menyebabkan kecelakaan. Maklumlah, kesadaran orang kita belum terlalu tinggi untuk membuang sampah atau benda tajam pada tempatnya. Lagi pula baru saja musim hujan. Benda tajam bisa saja nyangkut seenaknya. Saya sangat tidak keberatan menyingkirkannya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun