Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadan, Waisak dan Pedagang Pisang di Pasar Besar Malang

7 Mei 2020   01:00 Diperbarui: 7 Mei 2020   00:58 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kolase. diolah dari holidaystarindonesia.com

Sebagaimana yang diajarkan dalam Islam. Rasulullah SAW mengajarkan untuk melindungi warga Yahudi dan Nasrani, ketika Makkah berada dalam kekuasaan Islam. 

Bahkan mereka yang mengganggu ketentraman kedua umat yang bukan beragama Islam pun, dikenakan hukuman. Ini menandakan bahwa Islam mengedepankan kebersamaan, perdamaian dan persatuan. Tiga landasan dasar ini yang memperkuat optimisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, demi menjaga kehidupan yang aman, nyaman, tenteram dan sejahtera.  

*****

Kemarin pagi saya pergi ke Pasar Besar Malang untuk membeli buah Jambu. Kami tempuh perjalanan sekitar 30 menit dari rumah, dengan motor. Penjualnya seorang laki-laki, sudah tua, kemungkinan di atas 60 tahun umurnya, kurus, berperawatan kecil.

Saat saya tanya asal mana beliau, dijawabnya dari Dampit. Sekitar 40 km arah selatan kota Malang. Saya tanya lagi jam berapa tiba di Pasar Besar ini, beliau bilang sesudah Salat Subuh beliau berangkat. 

Jika saya lihat secara fisik, membuat kita tidak sampai hati. Buah-buah yang dijual pun jauh dari kualitas yang kita lihat di supermarket. Pisang dan buah Jambu. 

Saya hanya membeli dua kilogram. Tentu saja tanpa saya tawar. Bahkan tidak saya minta sisa kembalian uangnya. Sungguh, bukan karena saya berlebihan. Akan tetapi beliau memang membutuhkan bantuan dengan kita beli dagangannya.

Saya menyadari ada banyak orang seperti beliau yang mengalami nasib yang sama. Di tengah-tengah kondisi seperti ini, namun masih memiliki semangat atau optmisme guna memperjuangkan hidup dan kehidupannya. 

Saya yakin, kita yang bernasib lebih baik jika mengaplikasikan rasa optimisme dalam kehidupan beragama ini dalam bentuk yang lebih konkrit, yaitu membantu mereka yang membutuhkan, tidak akan melihat apa latar belakang agama orang yang akan kita bantu, sebagaimana penjual pisang tersebut.

Inilah sebenarnya esensi Waisak dan Ramadan. Waisak mengajarkan kedamaian pada sesama seperti yang diemban oleh Budha Gautama. 

Sedangkan Ramadan mengajarkan, bukan hanya kuat menahan lapar dan dahaga. Melainkan harus kuat pula dalam menebarkan semangat untuk membantu sesama yang membutuhkan, tanpa melihat latar belakang agama atau kepercayaannya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun