Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

[Blog Competition] Hemat di Tengah Ketidakpastian: Saya Pilih Jadi WTS

4 Mei 2020   08:37 Diperbarui: 4 Mei 2020   08:49 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sesudah memutuskan keluar dari PNS, saya jadi mikir, jika tidak ada pensiun, apa sumber penghasilan hidup saya kelak di kemudian hari? Bagaimana makroprudensial aman terjaga? Kerja apa, di mana, bagaimana, berapa besarnya dan sampai kapan? Ada semacam kekhawatiran tentang sumber pendapatkan masa depan. Pada saat yang sama, saya melihat fenomena yang sama terjadi pada teman-teman. Dengan penghasilan yang tidak seberapa bila jadi PNS waktu itu, kegiatan monoton, kerja di tempat yang sama selama puluhan tahun, jabatan paling banter juga ketua bidang, lantas kepuasan kerja model apa yang didapat? Ada semacam konflik batin. Itulah barangkali hidup, tidak ada yang sempurna."

"Memang ada plus minus untuk memutuskan sebagai orang swasta yang tidak bisa dihindari. Plusnya adalah kita memiliki kebebasan mau berbuat apa saja, bisnis apa saja dan kapan saja, dan dengan siapa saja, tidak ada yang menghalangi. Sebaliknya, minusnya adalah jika tidak dipersiapkan secara matang, penghasilannya tidak seberapa. Boleh jadi terpuruk. Apalagi di tengah ketidak pastian saat ini. Saat Covid-19 mewabah  yang orang tidak pernah duga. Teman-teman saya bilang, be ready for the uncertainty. Bersiaplah akan hal-hal yang tidak diduga terhadap ketidakpastian hidup."

"Berangkat dari langkah-langkah pebisnis besar yang pernah say abaca perjalanan karirnya-walaupun saya tidak pernah mimpi untuk jadi pebisnis besar yang kaya raya-saya terinspirasi oleh mereka, untuk menggeluti bidang yang saya minati, saya sukai, saya kuasai. Prinisp ini saya gunakan sebagai sangu menjelang pension nanti. Saya harus geluti sejak dini jika ingin menjadi seorang ahli yang menguasai. Guna mencapai tujuan ini, saya percaya tidak singkat. Akan memakan waktu bertahun lamanya, bahkan puluhan tahun.'

"Yang saya pilih kemudian adalah bidang apa yang orang sebut sebagai WTS. Kedengarannya 'kotor' tetapi sebenarnya sangat menyenangkan. WTS inilah passion saya. Jadi penulis (writer), pelatih (Trainer) dan pembicara (Speaker). Tiga dalam satu (Three in One) ini saya geluti, sejak puluhan tahun silam. Tahun 1984-an saya sudah mulai belajar menulis, saat itu saya baru saja diangkat menjadi PNS. Belum ada tada-tanda ingin keluar dari pegawai dengan seragam cokelat ini. Kemudian minat menulis makin intensif pada tahun-tahun selanjutnya, ketika tulisan-tulisan saya banyak dimuat di beberapa media masa, khususnya sesuai profesi saya: Perawat."

"Guna mendukungnya, saya butuh mesin ketik dan kamera. Dari menulis saya memperoleh extra income yang saya gunakan untuk membeli mesin ketik dan kamera tersebut, hingga beberapa kali. Alhamdulillah. Dari hobi menulis, saya bisa membantu Ibu. Bahkan hampir setiap bulan saat itu Ibu menerima Wesel dari beberapa media masa, rutin. Hobi menulis tidak terhenti hingga saya keluar dari PNS dan bekerja di luar negeri. Saat di Kuwait, boleh dikata saya perawat pertama yang punya mesin ketik dari gajian yang saya terima. Sementara teman-teman membeli perangkat elektronik lainnya. Di Kuwait saya tetap aktif menulis. Saya kirim ke sejumlah majalah, dan tetap dapat duit yang dikirim ke Ibu saya di Malang."

"Saya merasa berada di negeri kecil seperti Kuwait, sebagai ekspatriat, ruang gerak sangat terbatas, sulit berkembang. Hanya sedikit obyek yang bisa ditulis. Kemudian saya ingin meloncat kerja di Dubai. Di Dubai inilah muncul ide keterampilan kedua, yakni menjadi pembicara (Speaker). Saya coba ikuti beberapa kegiatan organisasi baik dengan sesama orang Indonesia maupun dengan orang India. Ada banyak pengalaman berharga yang saya petik dari sana. Perlahan, saya belajar bagaimana berbicara di depan umum. Mulanya memang grogi, lama-lama menjadi kebiasaan. Dari topik umum, hingga religi dan profesi sebagai bahan berbicara. Saya banyak belajar dalam setiap kesempatan untuk bicara. Kemampuan menulis saya tidak sehebat Gunawan Muhammad, wartawan senior dan penulis kondang di Tanah Air, tetapi saya ingin jadi diri sendiri. Saya tidak pernah mengikuti training terkait menulis maupun berbicara. Saya ingin buktikan, bahwa saya mampu belajar mandiri."

"Sesudah kurang lebih 15 tahun di luar negeri, kini tinggal satu lagi keterampilan sebelum balik ke negeri sendiri, yakni keterampilan melatih (training) yang ingin saya tekuni. Alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan emas mengikuti pelatihan Communication and Negotiatin Skills saat di Dubai, dibiayai oleh kantor. Peluang pelatihan kedua saya dapatkan di Qatar, juga dibiayai oleh perusahaan. Kedua pelatihan ini melengkapi skills saya. Begitulah......"

"Setiap pulang cuti ke Indonesia, selama kerja di luar negeri, selalu saya manfaatkan untuk 'berbicara' di kampus, di kelas, di tengah mahasiswa atau dosen. Secara intens hal ini saya lakukan sejak sekitar tahun 1997. Pada saat yang sama pula, saya kumpulkan tulisan-tulisan yang kemudian saya jadikan buku. Lengkaplah predikat saya sebagai W dan S (writer dan speaker). Tinggal satu lagi: T (trainer). Untuk menggapai yang satu ini, bukan hanya sertifikat yang saya butuhkan, tetapi juga fasilitas, khususnya gedung tempat saya melatih."

"Alhamdulillah pada akhirnya saya bisa merintis pelan-pelan membangun gedung di atas tanah 200 meter yang saya miliki untuk saya jadikan tempat pelatihan. Dari sini mimpi saya semakin nyata bakal terealisasi. Buku-buku sudah makin banyak yang saya produksi, saya juga sering diudang ke kampus-kampus di seluruh Indonesia. Bahkan selama di luar negeri saat pulang ke Indonesia, jadwal saya cukup padat memberikan kuliah tamu serta seminar di berbagai kota, di Jawa dan luar Jawa. Tidak kurang dari 20 provinsi yang pernah saya kunjungi, lebih dari 100 kampus. Dan itu, dibiayai oleh teman-teman yang mengundang saya untuk jadi W dan S tadi."

"Menulis sungguh nikmat. Menulis menjadi bagian dari sesuatu yang sangat menyenangkan dan keterusan bagi saya. Menulis bukan lagi karena saya dibayar. Tidak dibayar pun saya tetap semangat menulis. Demikian halnya berbicara. Meski saya sering dibayar, tapi tanpa bayaranpun bahkan harus bayar dari kocek pribadi, saya jalani dengan senang hati."

"Impian saya sempurna terwujud ketika gedung dengan segala fasilitas kantor dan latihan sudah berdiri. Sertifikat sudah di tangan. Ijazah S2 juga melengkapi. Selain ada luapan ucapan syukur Alhamdulillah, kini saatnya pulang ke Indonesia guna memulai 'Hidup Baru' sebagai WTS (Writer Trainer Speaker). Saya harus siap dengan apa yang disebut oleh teman saya sebagai Expect the unexpected. Harapkan kejadian yang tidak diharapkan."  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun