Mohon tunggu...
RIDHA ARIFAH MUTMAINNAH
RIDHA ARIFAH MUTMAINNAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar/mahasiswa

Menulis, menggambar, olahraga, membaca, atau hal-hal yang berhubungan dengan bahasa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bangsaku Kian Pilu

7 Juni 2022   05:43 Diperbarui: 7 Juni 2022   05:45 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh : Dede Rahman

Malam yang lalu menerjang waktu 

Semerbak wangi harummu membisu dan membelenggu 

Negeri yang kaya surga di buana 

Kini tinggal sebuah nama yang hampa dan papa

Jalan dambaan yang hilang ditelan keserakahan 

Menembus bukit keadilan 

Ibu yang lara di atas bak nestapa

Terkapar seakan tak berdaya 

Bui yang megah nan indah tempat kami singgah 

Anila yang rindu akan nirmala yang lugu 

Kini kian pukah an buncah terambau rekah 

Sekakan membisu terbelenggu petala sendu yang teramat pilu 

Negeri yang kaya penuh dengan cakrawala 

Negeri yang memukau penuh dengan beribu pulau 

Kini resah seakan tak berharga 

Kian pilu membungkus malu 

Kita sengsara di negeri budaya 

Negeri penuh makna dan derita

Tapi bangsaku takan pernah mati 

Meski dibinasakan tuan tuan tirani 

Kami kan tetap berdiri 

Merelakan jiwa raga kami demi ibu pertiwi 

Karena keadilan tak bisa diasingkan 

Kita hanya butuh kesabaran demi tergeraknya persatuan 

Bangsa kian pilu kini telah berlalu 

Bumi pertiwi takan mati sendiri 

Karena kami patriot negeri 

Siap menjaga keutuhan 

Karena NKRI harga mati 

Tasikmalaya 09 November 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun