Mohon tunggu...
Ridea Nataria
Ridea Nataria Mohon Tunggu... Freelance writer -

Full-time lurker, part-time globe-trekker\r\n

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Resensi Buku: Bumi

19 Desember 2015   19:44 Diperbarui: 19 Desember 2015   19:44 1771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Menulis itu perkara pelik. Maka dari itu, kita hilangkan saja pikiran-pikiranku yang menggelayut, yang menggantung, dan yang ranggas dimakan waktu. Ini kali kesekian aku menulis tentang buku tapi toh rasanya tetap seperti perdana. Judul buku ini Bumi. Persis seperti pijakanku dan tempat bernaung bagi banyak manusia, tumbuhan, dan hewan selama berjuta-juta tahun lamanya. Namun kisah Bumi sesungguhnya tidak sesederhana namanya. Ada manusia. Ada bumi. Ada bulan. Ada matahari. Ada bintang. Ada ruang dan waktu. Semua elemen semesta yang saling bertaut dan kisah fantasi berbumbu fiksi ilmiah seolah menjadi benang merah utama dalam karya pertama Tere Liye yang menggelitik rasa ingin tahuku.

Jujur, Bumi juga merupakan "kopdar" pertamaku dengan karya Tere Liye. Sisanya hanya curi-curi pandang di toko buku. Maklum saja, aku memang bukan orang yang cepat akrab dengan pengarang baru. Adalah rekan kantorku yang gencar memperkenalkannya dan membuatku segera membelinya di toko buku online yang sudah lama kusukai, Bukupedia. Singkat cerita, aku pun akhirnya membulatkan niat untuk menandaskan buku yang sampulnya entah bagaimana sama provokatifnya dengan sinopsis yang kutemukan di bagian belakang buku ini. Setidaknya, itulah kesan pertamaku padanya. Bumi menggulirkan kisah tentang Raib, anak perempuan berusia 15 tahun yang bisa menghilang dan kedua temannya, Seli dan Ali yang juga memiliki 'bakat' terpendamnya masing-masing. Dengan nuansa petualangan fantasi yang begitu kental, Bumi mengambil seting empat dimensi kehidupan atau juga dikenal sebagai dunia pararel, alih alih dari sekolah atau rumah seperti fiksi remaja pada umumnya. Awalnya kupikir ini hanya variasi baru atas segudang buku fiksi remaja yang melimpah ruah saat ini. Kupikir Tere Liye mencoba meminjam pesona dunia khayal buku-buku fantasi yang kembali naik pamor sejak kemunculan Harry Potter, Hunger Games, dan Game of Thrones. Kupikir juga akan menemukan plot tipikal dan sederet tokoh stereotipe yang membuatku kehilangan selera imajinasi. Namun ternyata aku salah. Tere Liye meramu Bumi dengan resep bumbu yang tidak pernah kuduga akan kucerna dalam sebuah buku berkategori remaja. Fantasi, fiksi ilmiah, drama, humor. Semuanya dalam satu piring. Bersama Raib dan teman-temannya, aku ikut tertawa geli dan tersipu dengan potongan kisah bittersweet khas jaman SMA. Lewat dunia klan Bulan yang serba futuristik, aku serasa turut bertualang di dalam dunia sihir ala fiksi ilmiah yang mengingatkanku pada banyak buku, film, dan bahkan komik populer. Ada begitu banyak citarasa yang ditawarkan Tere Liye dalam Bumi. Di satu sisi, aku jelas sama sekali tidak keberatan melahap semua bumbu cerita tersebut dalam satu suapan penuh. Di sisi lain, terlalu banyaknya kemiripan deskripsi dan aksi dalam Bumi kerap membuatku membaca halaman-halaman berikutnya dengan pretensi. Pretensi bahwa aku akan menemukan rincian lain yang familiar dan pernah kulihat di buku atau film sejenis. Hal ini jelas sangat mengusikku. Selebihnya, alur cerita yang tiba-tiba berubah cepat dengan rentetan aksi yang bertubi-tubi pada beberapa bagian menjadi tanda tanya dan kejanggalan terbesar bagiku. Terlepas dari semua itu, tidak bisa kupungkiri bahwa Bumi punya daya tarik yang unik terutama bagi kalangan remaja meski juga cocok untuk pembaca segala usia lantaran bahasanya yang ringan. Bagiku sendiri, Bumi boleh dibilang debut fiksi fantasi yang cukup ambisius dan menghibur. Ambisius karena faktanya Bumi adalah buku pertama dari tetralogi fantasi yang konon telah disiapkan Tere Liye. Bukan berarti aku merasa itu tidak cukup baik. Hanya saja aku lebih yakin bahwa Bumi dapat dibuat lebih orisinil dan fokus sehingga dapat dinikmati lebih baik. Di lain pihak, unsur fantasi, fiksi ilmiah dan suspense ringan akan menyuguhkan hiburan yang lebih segar sekaligus berbeda bagi para penggemar fiksi remaja. 

"Apapun yang terlihat, boleh jadi tidak seperti yang kita lihat. Apapun yang hilang, tidak selalu lenyap seperti yang kita duga. Ada banyak sekali jawaban dari tempat-tempat yang hilang. Kamu akan memperoleh semua jawaban . Masa lalu, hari ini, juga masa depan." - Miss Selena, Bumi

 Oleh: Tere LiyeISBN: 9786020301129Rilis: 2014Halaman: 440Penerbit: Gramedia Pustaka UtamaBahasa: Indonesia Harga: Rp.63.750  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun