Mohon tunggu...
Ridha Ulya
Ridha Ulya Mohon Tunggu... Jurnalis - bila gelap jalan di bumi, jalan ke langit selalu terbuka :)

---

Selanjutnya

Tutup

Book

Emotional First Aid: Langkah Praktis Mengobati Luka Psikologis

28 September 2022   22:47 Diperbarui: 16 April 2024   21:37 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali kita semua tidak asing dengan istilah P3K/ atau pertolongan pertama pada kecelakaan. Namun bicara tentang pertolongan pertama pada luka emosional/psikologis mungkin akan terdengar "aneh". 

Padahal kenyataannya, sama seperti luka fisik yang harus segera diobati agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut, luka emosional pun harus segera diobati supaya tidak semakin memburuk. 

Luka emosional yang tidak diobati dan bahkan dipendam dalam waktu yang lama dapat menimbulkan masalah-masalah kesehatan mental seperti depresi, gangguan cemas, dan bahkan gangguan kepribadian dan lainnya.

Buku Emotional First Aid karangan Guy Winch PhD ini terbilang cukup praktis, komprehensif, mendalam, dan memberikan literatur terpercaya mengenai pertolongan pertama dalam menghadapi luka psikologis yang sering kita temui dalam keseharian. 

Terdiri dari 7 Bab yang masing-masing membahas mengenai   7 jenis luka emosional yang sering kita hadapi yaitu Rejection, Loneliness, Loss and Trauma, Guilt, Rumination, Failure, dan Low Self-Esteem. Setiap Bab juga dilengkapi contoh kasus yang pernah dialami oleh klien penulis, serta perubahan yang mereka rasakan setelah sesi terapi.

Kita lebih sering terjebak dalam toxic positivity dengan mengabaikan luka emosional dan menganggapnya merupakan hal yang biasa terjadi dan tidak perlu "lebay" untuk mengobatinya. Menganggapnya tak ada, atau bahkan tak sadar jika luka itu ada.

Padahal, jika itu berkenaan dengan luka fisik, sedikit luka karena goresan pisau akan langsung kita obati. Apalagi jika luka itu besar hingga membuat patah tulang dan tidak bisa berjalan, kemungkinan besar kita akan memutuskan untuk mengikuti saran dokter untuk beristirahat total beberapa bulan dan mulai belajar berjalan lagi secara perlahan. 

Namun hal itu tidak berlaku dalam bahasan luka emosional. Akan terdengar "aneh" jika ada orang yang memutuskan istirahat kerja karena stres setelah kehilangan orang terdekat, atau memutuskan resign karena lingkungan yang semakin membuat rasa percaya dirinya memburuk.

Padahal, dalam hal luka emosional yang berat pun, ada saatnya kita juga membutuhkan istirahat total dan mulai belajar menjalani hidup lagi secara perlahan.

Hal-hal terkait penolakan, kesepian, overthinking, rasa bersalah, kegagalan, kepercayaan diri yang rendah, kehilangan dan trauma, memanglah sering kita hadapi dalam keseharian. 

Namun terbiasa menghadapinya tidak menjadikan hal tersebut sesuatu yang biasa untuk tidak diobati. Dan buku ini akan membahas langkah-langkah praktis yang dapat kita lakukan saat menghadapi luka emosional, serta kondisi apa yang mengharuskan kita mencari bantuan dari profesional seperti psikolog dan psikiater.

Worth to read..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun