Mohon tunggu...
Ridha Ulya
Ridha Ulya Mohon Tunggu... Jurnalis - bila gelap jalan di bumi, jalan ke langit selalu terbuka :)

---

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Borderline Personality Disorder

26 Oktober 2018   06:20 Diperbarui: 17 April 2024   00:48 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Borderline personality disorder atau gangguan kepribadian ambang merupakan mental illness yang ditandai dengan perubahan mood, citra diri, presepsi, dan hubungan dengan orang lain. Seorang dengan BPD memiliki cara pandang, pemikiran, dan perasaan yang berbeda dari orang umumnya. Ia  dapat merasakan perasaan dengan  ekstrem berupa depresi, cemas, maupun marah selama beberapa jam hingga hari. Gangguan ini terjadi pada 2-3% populasi, lebih banyak ditemukan pda wanita, dan biasa ditemukan pada usia 20an. 

BPD dapat disebabkan oleh kombinasi dari berbagai faktor seperti genetik, trauma masa kecil, pengabaian oleh orang tua, maupun karena perubahan biokimia dalam otak. 

Seorang dengan BPD seperti hidup dalam dunia hitam atau putih. Ia cenderung mengelompokkan orang dan hal yang dapat ia identifikasi ke dalam 2 kondisi ekstrem, seperti apakah seorang itu sangat jahat atau  sangat baik. Ia cenderung kesulitan untuk menilai bahwa seseorang yang baik dapat saja melakukan kesalahan. Presepsinya terhadap orang lain cenderung mudah berubah. Padangannya terhadap diri sendiri juga cenderung mudah berubah. Awalnya merasa sangat percaya diri, kemudian merasa tidak berguna, gagal, jahat, atau bahkan merasa bahwa sebenarnya ia tak pernah ada di dunia ini.

  "Borderline individuals are the psychological equivalent of third-degree-burn patients.  They simply have, so to speak, no emotional skin.  Even the slightest touch or movement can create immense suffering."- Marsha Linehan, Ph.D.

Orang dengan BPD dideskripsikan seperti seorang penderita luka bakar derajat tiga- yang mana sangat menyakitkan. Ia seperti seorang yang supersensitif, yang merasakan emosi jauh lebih dalam dari kebanyakan orang. Hal ini menyebabkan seorang dengan BPD sering kewalahan dengan perasaannya sendiri. Ketidakmampuannya dalam menyalurkan besarnya emosi yang dirasakannya membuatnya  mencoba mengekspresikan rasa sakit yang ia miliki dengan menyakiti diri sendiri, seperti cutting, burning, atau memakai tatto. 

Borderline Personality Disorder cenderung sulit untuk didiagnosis, karena biasanya gejala yang dimiliki dapat menyerupai berbagai penyakit lainnya, seperti depresi maupun bipolar. Perbedaannya dengan bipolar disorder adalah, seorang dengan BPD cenderung mengalami perubahan mood yang lebih cepat dan biasanya disertai pemicu. Misal ketika ada hal yang membuatnya marah ia akan menjadi sangat marah. Kemudian ketika sejam kemudian ada hal yang membuatnya sangat bahagia maka moodnya akan berubah drastis kembali menjadi bahagia. Sedangkan pada bipolar disorder, perubahan mood dapat terjadi  tanpa pemicu. 

Gejala yang dapat ditemukan pada BPD adalah: 

1.      usaha menghindari pengabaian yang bersifat nyata maupun tidak nyata

2.      Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai oleh perubahan antara  idealisasi dan devaluasi.

3.      Gangguan identitas, berupa pandangan terhadap diri sendiri yang tidak stabil

4.      Impulsivitas pada hal yang membahayakan diri (termasuk belanja dan konsumsi zat terlarang)

5.      Ancaman, atau percobaan bunuh diri berulang 

6.      mood cepat berubah (biasanya dalam hitungan jam)

7.      Perasaan hampa yang lama

8.      kesulitan mengendalikan amarah, atau amarah yang tidak pada tempatnya

9.      Paranoid, dan atau  disosiatif

Seperti personality disorder lainnya, BPD dapat berlangsung menahun dan gejalanya dapat berkurang seiring pertambahan usia terutama pada umur 40-50 tahun. Namun jika kamu merasa dirimu atau temanmu memiliki masalah yang menyerupai BPD, segeralah mengajaknya untuk berkonsultasi. Penanganan yang tepat akan dapat membantunya mengelola emosi dan bertahan dengan permasalahan yang terjadi dalam hidupnya. 

(Postingan ini sudah pernah di post sebelumnya di akun Teman Bicara FKUI)

Referensi : 

*nimh.nih.gov/health

*mind.org.uk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun