Mohon tunggu...
Rida Purwanti
Rida Purwanti Mohon Tunggu... -

Simple

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kecemasan dan Kemampuan Pemecahan Masalah

22 Agustus 2016   05:06 Diperbarui: 22 Agustus 2016   07:20 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Santrock (2007, h. 546) mendefinisikan kecemasan sebagai perasaan takut yang samar dan tidak menyenangkan. Lebih lanjut Santrock (2007, h. 546) menyatakan bahwa kecemasan siswa bertambah pada saat menyelesaikan soal dalam tes. Hal ini diperkuat oleh Hasan (2007, h. 1) yang mengungkapkan bahwa ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hill tahun 1980 yang melibatkan 10.000 ribu siswa sekolah dasar dan menengah di Amerika yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang mengikuti tes gagal menunjukkan kemampuan mereka yang sebenarnya disebabkan oleh situasi dan suasana tes yang membuat mereka cemas.

Lebih lanjut Hasan (2007, h. 1) mengungkapkan mengenai hasil penelitian Hill tersebut bahwa sebaliknya, para siswa memperlihatkan hasil yang lebih baik jika berada pada kondisi yang lebih optimal, dalam arti unsur-unsur yang membuat siswa berada di bawah tekanan dikurangi atau dihilangkan sama sekali.

Senada dengan hasil penelitian Hill, Eyscnck (Suharnan, 2005, h. 427) mengungkapkan bahwa lebih dari 20 penelitian telah menemukan pengaruh kecemasan yang bersifat negatif serta berakibat menurunkan kapasitas kognitif seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas yang lebih sukar atau kompleks. Lebih lanjut di ungkapkan Eyscnck (Suharnan, 2005, h. 427) bahwa untuk tugas-tugas yang sederhana, maka kecemasan cenderung tidak berpengaruh di dalamnya. Ini menunjukkan bahwa faktor tingkat kecemasan siswa dalam memecahakan soal dalam tes atau tugas dapat memberikan pengaruh terhadap hasil tes atau tugas itu sendiri.

Ellis dan Hunt (Suharnan, 2005, h. 427) mengungkapkan bahwa ketika siswa diberikan tugas kompleks maka kecemasan cenderung memperburuk dalam penyelesaian tugas itu, dan apabila tugas dalam belajar itu relatif sederhana maka kecemasan akan mempermudah penyelesaian tugas belajarnya. Sementara itu, Hill (Hasan, 2007, h. 2) menyatakan bahwa efek buruk dari kecemasan terhadap tes itu umumnya terlihat pada tes yang terstandar, aptitude tes, dan tes-tes pendidikan lainnya. Namun demikian Hill (Hasan, 2007, h. 2) menegaskan bahwa buruknya hasil ujian siswa semata-mata disebabkan oleh kondisi dan situasi tes yang membuat mereka cemas, dan bukan oleh lemahnya penguasaan materi pelajaran oleh siswa yang bersangkutan.

Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya kecemasan siswa saat menghadapi tes, sejumlah penelitian yang mendalam dan dilaksanakan dalam kurun waktu sepuluh tahun mencatat tiga faktor utama pemicu kecemasan menghadapi tes, yaitu: (1) keterbatasan waktu; (2) tingkat kesulitan materi tes; (3) instruksi tes, bentuk pertanyaan dan jawaban tes dan hal-hal mekanis tes lainnya (Hasan, 2007, h. 2).

Berkenaan dengan waktu cukup dimengerti karena mungkin ketika siswa di bawah tekanan waktu yang ditentukan untuk menjawab soal-soal yang disediakan siswa akan menjadi mudah panik dan salah satu efek yang ditimbulkan oleh kepanikan tersebut adalah kegagalan mengingat atau mengekspresikan hal-hal yang sebenarnya telah mereka kuasai.

Demikian juga pada saat siswa berhadapan dengan soal yang tingkat kesulitannya tinggi, mungkin akan memicu kecemasan mereka yang berakibat tidak hanya soal yang sulit saja yang tidak dapat mereka jawab, tapi juga soal-soal yang mudah yang sebenarnya sudah mereka kuasai. Begitu juga dengan instruksi tes yang panjang atau sulit dipahami oleh siswa juga berpotensi menimbulkan kecemasan ini. Kecemasan terhadap tes ini tidak mungkin tidak hanya dirasakan oleh siswa pada saat tes berlangsung, tetapi mungkin saja dirasakan beberapa hari sebelum tes tersebut.

Wujud dari rasa cemas ini bermacam-macam, seperti jantung berdebar lebih keras, keringat dingin, tangan gemetar, tidak bisa berkonsentrasi, lupa semua hal yang telah dipelajari atau tidak bisa tidur malam sebelum tes (Santrock, 2007, h. 547). Selanjutnya, kecemasan menghadapi tes ini seiring dengan tingginya jenjang pendidikan, artinya siswa SMA yang menghadapi ujian akan menghadapi tingkat kecemasan yang lebih tinggi daripada siswa SMP (Hasan, 2007, h. 3).

Walaupun dari laporan beberapa penelitian tentang pengaruh kecemasan terhadap hasil tes maupun peyelesaian tugas sering berpengaruh negatif, namun tidak sedikit beberapa penelitian yang melaporkan sebaliknya. Seperti yang diungkapkan Eyscnck (Suharnan, 2005, h. 427 – 428) bahwa kecemasan yang tidak berlebihan sebenarnya dapat membantu seseorang mempersiapkan diri menghadapi tes atau ujian, serta memahami tugas dalam belajar. Dengan adanya, maka timbul semangat atau motivasi untuk menyiapkan diri secara baik, demikian sebaliknya (Suharnan, 2005, h. 427 – 428).

Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis termasuk pada kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi. Jadi, tentu dalam soal-soal yang ada dalam tes kemampuan pemecahan masalah matematis menuntut pemikiran yang kompleks yang berpotensi menimbulkan kecemasan yang berlebihan pada subjek/siswa yang dites.

Untuk itu mempertimbangkan tingkat kecemasan pada siswa merupakan hal yang perlu dilakukan. Artinya pada saat melakukan tes kemampuan pemecahan masalah, guru mesti berupaya mengendalikan tingkat kecemasan siswa. Demikian juga dalam kegiatan memecahkan masalah matematis pada PBM, hendaknya guru dapat menciptakan atau mempengaruhi kecemasan siswa pada tingkat yang sewajarnya sehingga mendapatkan hasil lebih optimal dan efektif (Suharnan, 2005, h. 444 – 445).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun