Mohon tunggu...
Rida Nurhaliza
Rida Nurhaliza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa pendidikan S1 Perikanan Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sistem Pengangkutan Ikan Hidup Ukuran Konsumsi di Indonesia

30 November 2022   15:00 Diperbarui: 30 November 2022   14:59 3263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh 

Junianto, Finny Nurul Qolbi, Diwan Keikanurhanifah, Ristiafani, Santi Amelia, Fauzan Syaiful Alim, Rida Nurhaliza

  • Staf Dosen Departemen Perikanan - Universitas Padjadjaran
  • Mahasiswa Program Studi Perikanan - Universitas Padjadjaran

Transportasi merupakan bagian penting dalam kegiatan pemasaran benih ikan secara komersial untuk menyuplai kebutuhan budidaya. Benih ikan yang akan di transportasi harus memiliki kualitas baik dan dalam keadaan yang sehat. Namun, dalam kegiatan pengangkutan ikan terdapat tindakan-tindakan yang dapat menyebabkan stress pada ikan yang dimulai sejak penangkapan, pada wadah dan kendaraan, proses transportasinya sendiri, pembongkaran dan penebaran di tempat yang baru (Robertson et al. 1980). 

Transportasi ikan hidup pada dasarnya memaksa dan mendapatkan ikan dalam suatu lingkungan yang berlainan dengan lingkungan asalnya, disertai dengan perubahan sifat lingkungan yang mendadak. Masalah pengangkutan perlu mendapat perhatian khusus, agar proses transportasi ikan sampai dengan selamat ke tangan pembudidaya. Keuntungan dari proses pengangkutan ikan hidup adalah ikan yang didistribusikan masih segar dan terhindar dari mikroorganisme pembusuk baik dari luar maupun dari dalam tubuh ikan. Sistem pengangkutan ikan hidup dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem basah dan sistem kering. 

Sistem Basah

Pengangkutan sistem basah merupakan proses pengangkutan ikan menggunakan media air baik tawar maupun laut tergantung jenis ikan yang akan diangkut (Jailani 2000). Kelebihan dari sistem basah antara lain difusi oksigen melalui udara ke media air masih dapat berlangsung sehingga Dissolve Oxygen masih dapat digunakan dengan baik oleh ikan, wadah yang dibawa dapat dilengkapi dengan aerator sehingga pasokan oksigen masih berlimpah, dan dapat dilakukan pergantian air sebagian selama perjalanan. Sedangkan kekurangan dari sistem basah yaitu dapat membahayakan ikan jika terjadi goncangan sehingga tidak dapat dilakukan untuk pengiriman jarak jauh seperti menggunakan pesawat terbang. Sistem tersebut akan mudah diterapkan untuk pengiriman ikan-ikan konsumsi. 

  • Proses pengangkutan sistem basah

Dalam pengangkutanya, sistem tersebut dibagi lagi menjadi dua proses pengangkutan,  yaitu sistem terbuka dan tertutup.

1) Sistem Terbuka

Sumber: lalaukan.com
Sumber: lalaukan.com

Pengangkutan basah sistem terbuka adalah pengangkutan yang menggunakan wadah yang terbuka dalam pengaplikasiannya. Sistem tersebut memiliki kelebihan, antara lain difusi oksigen melalui udara ke media air masih dapat berlangsung sehingga Dissolve Oxygen masih dapat digunakan dengan baik oleh ikan, wadah yang dibawa dapat dilengkapi dengan aerator sehingga pasokan oksigen masih berlimpah, dan dapat dilakukan pergantian air sebagian selama perjalanan. Sedangkan kekurangan dari sistem tersebut adalah dapat membahayakan ikan jika terjadi goncangan sehingga tidak dapat dilakukan untuk pengiriman jarak jauh seperti menggunakan pesawat terbang.

2) Sistem Tertutup

Sumber: lalaukan.com
Sumber: lalaukan.com

Pengangkutan basah sistem tertutup adalah pengangkutan yang menggunakan wadah yang tertutup dalam pengaplikasiannya. Sistem tertutup memiliki kelebihan seperti media air yang dipakai tahan terhadap guncangan selama pengangkutan, pengangkutan dapat dilakukan walaupun jaraknya jauh seperti antar pulau atau negara, selain itu, wadah yang dipakai pun mudah untuk ditata sehingga mengefisienkan tempat. Kekurangan dari sistem tertutup diantaranya media air yang dipakai tidak dapat bersentuhan dengan udara langsung (tidak ada difusi oksigen sehingga tidak ada suplai oksigen tambahan) dan Dissolve Oxygen dapat berkurang lebih cepat jika tidak dilakukan pergantian air dan perlunya kecermatan dalam memperhitungkan kebutuhan oksigen dalam jangka waktu perjalanan. 

  • Metode pengangkutan sistem basah

1) Hibernasi

Beberapa keuntungan dari hibernasi yaitu mempunyai wadah pengangkutan tidak terlalu besar karena ikan tidak aktif berenang, kematian ikan karena tekanan fisik maupun stres akibat  vibrasi (getaran),  kebisingan  dan  sinar  tidak ada,  tidak  terjadi  penurunan  berat  dan  ikan  tidak menghasilkan feses karena ikan tidak butuh makan.

Pengangkutan menggunakan wadah styrofoam, diisi air dan es dengan perbandingan air dan es adalah 3 dan 1. Kemudian ikan dimasukan ke dalam wadah yang sudah berisi  es  dan  air.  Tambahkan  300  gram  es  kering  ke  dalam  air  untuk mempercepat  mabuk  (terbius).  Setelah  ikan  tidak  berdaya,  diambil  secara  individual  dan dibungkus  dengan  kertas,  masukkan  ke  dalam styrofoam dan tutup dengan serbuk gergaji yang telah didinginkan 10-12 C. Wadah styrofoam yang berisi ikan disimpan dalam dingin untuk menghindari kenaikan suhu dan dapat diangkut 1 -3 jam.

2)    Pengangkutan dengan kantong plastik

Benih ikan hidup ukuran larva, kebul maupun yuwana (fingerling) biasa diangkut menggunakan kantong plastik berisi air beroksigen. Seperempat bagian plastik diisi air dan ikan,  tiga perempat lainnya diisi oksigen kemudian diikat. Apabila perjalanan jauh, kantong dimasukkan  ke  dalam  kotak  styrofoam,  sehingga  ikan  tidak  terganggu  oleh  kebisingan, getaran, sinar (bayangan) serta suhu lingkungan.

  • Tahapan Pengangkutan sistem basah
  1. Ikan yang dipakai merupakan ikan hidup dengan keadaan sehat, normal tidak cacat dengan ukuran siap panen. Ikan yang sehat akan memaksimalkan keberhasilan ikan untuk hidup. Pengambilan dan pengangkutan ikan sebaiknya dilakukan pada sore atau malam hari. 

  2. Ikan yang telah dipilih tersebut kemudian dipindahkan kedalam bak fiber yang telah dilengkapi beberapa alat penunjang lain, seperti aerator. Pemberian aerator tersebut akan memberikan oksigen yang cukup selama perjalanan. 

  3. Bak fiber diisi air sebanyak 50-60% dari tinggi bak dan diberi es dalam plastik yang telah dihancurkan agar menjaga suhu air selama perjalanan. 

  4. Setelah itu, proses aklimatisasi dilakukan dengan menampung ikan dalam bak pemeliharaan untuk menyesuaikan dan memulihkan kondisi ikan. 

  5. Selama pemeliharaan dilakukan pergantian air setiap hari serta diberi pakan yang biasa digunakan di tempat asalnya dua kali sehari. 

  6. Setelah ikan cukup sehat dan aktif kembali atau setelah dalam penampungan 1-2 hari, ikan dipuasakan selama 12-18 jam sebelum digunakan dalam kegiatan.

  7. Sebelum ditransportasikan, ikan dipuasakan terlebih dahulu selama 12-18 jam agar metabolisme ikan rendah selama perjalanan. Hal tersebut akan meminimalisir zat toksik akibat dari sisa-sisa metabolisme yang dihasilkan ikan selama perjalanan.

Sistem Kering

Pengangkutan ikan hidup sistem kering merupakan salah satu cara pengangkutan ikan tanpa media air atau media bukan air. Pada kondisi sistem kering, aktivitas metabolisme dan respirasi ikan akan rendah karena ikan dibuat pingsan dengan cara pembiusan (imotilisasi) sebelum dikemas dan ditransportasikan (Suryaningrum et al. 2007). Perlakuan pada sistem kering akan memungkinkan ikan untuk ditransportasikan secara jauh dengan kapasitas yang besar. Cara yang dapat dilakukan untuk menenangkan ikan pada sistem kering yaitu dapat dilakukan dengan cara penurunan suhu air dan zat anestesi. Namun, pemberian cairan atau zat harus memperhatikan faktor keamanan agar tidak membahayakan setelah dikonsumsi nantinya (Nitibaskara et al. 2006).

Sumber: Youtube Fauzan
Sumber: Youtube Fauzan
  • Metode Sistem Kering

Pemingsanan ikan adalah metode dalam pengangkutan ikan sistem kering. Pemingsanan ikan adalah suatu tahapan yang membuat ikan kehilangan kemampuan merasanya (insensibility) atau dorman. Ketika ikan pingsan, metabolisme ikan akan berada pada tingkat paling rendah atau basal sehingga kelulusan hidup di luar media air tinggi. Pingsan atau mati rasa pada ikan berarti sistem saraf kurang berfungsi. Pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penggunaan suhu rendah, pembiusan menggunakan zat-zat kimia dan penyetruman menggunakan arus listrik.

1) Pemingsanan dengan penggunaan  suhu rendah .

Metode pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu  penurunan suhu secara langsung, dimana ikan langsung dimasukan dalam air yang bersuhu rendah sehingga ikan akan pingsan. Selanjutnya, penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan.

2) Pemingsanan ikan dengan bahan anestesi (bahan pembius)

Pemingsanan dapat dilakukan dengan beberapa zat anestesi seperti menggunakan zat  caulerpin dan caulerpicin yang berasal dari ekstrak rumput laut Caulerpa sp.

3) Pemingsanan Ikan dengan Arus Listrik

Arus listrik yang aman digunakan untuk pemingsanan ikan adalah yang mempunyai daya 12 volt, karena pada 12 Volt ikan mengalami keadaan pingsan lebih cepat dan tingkat kesadaran setelah pingsan juga cepat.

  • Tahapan Pengangkutan sistem kering

  1. Ikan yang dipakai merupakan ikan hidup dengan keadaan sehat, normal tidak cacat 

  2. Setelah itu, dilakukan proses pembiusan dengan cara ikan dimasukkan dalam bak pembiusan kemudian suhu airnya diturunkan secara bertahap ataupun secara langsung hingga mencapai suhu yang diinginkan atau sesuai prosedur. Proses pemingsanan tersebut akan menyebabkan metabolisme dan aktivitas ikan menurun. 

  3. Setelah ikan dipingsankan, kemudian ikan dimasukkan kedalam kemasan contohnya kemasan yang telah diberi serbuk gergaji dingin dan ditutup kembali dengan serbuk gergaji tersebut hingga kemasan penuh. 

  4. Setelah dikemas, selanjutnya dilakukan transportasi sesuai dengan tujuan.

  5. Transportasi ikan dapat dilakukan dengan kendaraan roda empat (mobil) yang telah dilengkapi sarana pengangkutan seperti alat pendingin untuk skala lokal maupun regional, sedangkan untuk tujuan ekspor dapat menggunakan pesawat yang telah dilengkapi sarana pengangkutan. Selama pengangkutan guncangan, getaran, dan benturan dihindarkan seminimal mungkin.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan ikan hidup

1)     Kualitas Ikan

Kualitas ikan yang ditransportasikan harus dalam keadaan sehat dan baik. Ikan yang kualitasnya rendah memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dalam waktu pengangkutan yang lebih lama dibandingkan dengan ikan yang kondisinya sehat.

2)    Oksigen

Jumlah O yang dikonsumsi ikan selalu tergantung pada jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O meningkat ikan akan mengkonsumsi O pada kondisi stabil dan ketika kadar O menurun konsumsi O oleh ikan lebih rendah dibandingkan konsumsi pada kondisi kadar O yang tinggi.

3)    Suhu

Suhu merupakan faktor yang penting dalam transportasi ikan. Suhu optimum untuk transportasi ikan adalah 6 -- 8 untuk ikan yang hidup di daerah dingin dan suhu 15 -- 20 untuk ikan di daerah tropis.

4)    Nilai pH, CO, dan amonia

Nilai pH optimum selama transportasi ikan hidup adalah 7 -- 8. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, untuk menanggulanginya dapat digunakan larutan buffer untuk menstabilkan pH air selama transportasi ikan. Amoniak merupakan anorganik nitrogen yang berasal dari ekskresi organisme perairan, permukaan, penguraian senyawa nitrogen oleh bakteri pengurai, serta limbah industri atau rumah tangga.

5)    Kepadatan dan aktivitas ikan selama transportasi

Perbandingan antara volume ikan dan volume air selama transportasi tidak boleh lebih dari 1 : 3 . Ikan-ikan lebih besar, seperti induk ikan dapat di transportasi dengan perbandingan ikan dan air sebesar 1 : 2 sampai 1 : 3 , tetapi untuk ikan-ikan kecil perbandingan ini menurun sampai 1 : 100 atau 1 : 200.

DAFTAR PUSTAKA

Jailani. 2000. Mempelajari pengaruh penggunaan pelepah pisang sebagai bahan pengisi terhadap tingkat kelulusan hidup ikan mas (Cyprinus carpio) [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Nitibaskara R, Wibowo S, Uju. 2006. Penanganan dan Transportasi Ikan Hidup untuk Konsumsi. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 

Suryaningrum TD, Syamsidi, Ikasari D. 2007. Teknologi penanganan dan transportasi lobster air tawar. Squalen, 2(2). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun