Aku hanyalah wanita biasa. Wanita sederhana. Yang tak mungkin dapat menggapai rembulan di atas sana. Sedangkan rembulan di atas sana sudah di temani banyak bintang-bintang indah. Mana mungkin rembulan menemuiku. Melihatku saja itu hal yang tak mungkin.
Desiran ombak malam ini menemani kesendirianku. Duduk di atas batu tepi pantai sambil melihat desiran ombak, itu hal yang dapat menghiburku. Apalagi jika di temani dengannya.
Khayalanku mulai tak karuan. Kesunyian ini membuat pikiranku tak beraturan. Di pikiranku terlintas bahwa esok petang, engkau akan menemuiku membawa sebungkus coklat untukku. Dan kita akan melihat senja bersama-sama.
Dalam pikiranku engkau akan berkata bahwa sejujurnya engkau ingin hidup bersamaku, di saksikan oleh matahari yang indah sore itu.
"Lona ini sudah malam apakah kau tak akan tidur malam ini?." Tanya kak Luna menghampiriku, ia kakak perempuanku. Usianya beda 2 tahun denganku. Namun ia lebih cantik dariku, pria mana pun pasti menyukainya.
"Sebentar lagi ya kak." Kataku, sambil duduk menyender ke pohon kelapa samping batu-batu.
"Ya sudah, kakak tinggal ya. Oh iya, besok pagi kita melihat sunset bersama-sama ya. Berarti kamu harus bangun pagi. Jadi sekarang lebih baik kamu tidur." Rayu kakakku.
"Baiklah kak, aku akan tidur sekarang saja." Kataku sambil berjalan menuju penginapan bersama kakak.
***
Pagi ini melihat sunset. Itu kebiasaan kami ketika pergi ke pantai. Tak di sangka di sana ada pria idamanku. Sedang duduk sendiri di tempat yang semalam aku duduki. Memang benar kata pepatah, jodoh tak akan kemana. Buktinya kita dapat bertemu di pantai ini.
"Apakah khayalanku akan menjadi kenyataan. Padahal semalam aku berkhayal bahwa aku bertemu dengannya saat senja, bukan saat pagi seperti ini." Kataku dalam hati.