Mohon tunggu...
Rida Nugrahawati
Rida Nugrahawati Mohon Tunggu... karyawan -

-- Penyuka Imajinasi dan Cerita Fiksi -- 🏡 Kuningan-Jabar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Raga Terpisah, Menyadarkan Satu Hal

10 Desember 2018   12:53 Diperbarui: 10 Desember 2018   13:05 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : patheos.com

Seketika semua terlihat suram. Gelap semakin menjadi. Mataku tertutup rapat. Diriku tak dapat membukanya. Gemetar hati ini. Tanganku terasa dingin. Tubuh ini tak dapat bergerak. Dalam ingatanku hanya terlintas darah berceceran dimana-mana. Mendengar suara klakson mobil dan orang-orang yang entah sedang apa. Suara-suara itu semakin lama semakin menjauh.

Perlahan mataku terbuka. Perlahan terbangun dari tempat tidur. Banyak sanak saudara di tempat ini. Tetapi mengapa aku tak dapat mendengar sedikit saja pembicaraan mereka? Membingungkan, mengapa mereka juga terlihat sangat bersedih? Mengapa seluruh ruangan berwarna putih? Nyatanya diriku terpisah dari ragaku. Karena jika tak seperti itu, mana mungkin diriku dapat melihat ragaku sendiri.

Lelaki pembawa alat kebersihan itu menatapku. Sepertinya ia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Berulang-ulang memanggil lelaki itu. Namun tak ada jawaban. Anak kecil itu menatapku, aku memperhatikannya namun semakin lama ia menangis. Hidupku tak tentu arah. Tak ada yang dapat melihat atau mendengarku. Begitu juga denganku, aku tak dapat mendengar suara mereka.

Bagaimana mungkin jiwa dan raga ini dapat berpisah. Kulihat tubuh tergeletak di atas kasur. Ia adalah diriku. Jantungnya masih berdetak dengan normal. Tanpa ada ruh di dalamnya. Apa mungkin dalam tubuhku ada ruh lain sehingga jantungnya masih berdetak?

Diriku duduk di samping raga ini sampai mentari mulai menerangi kamar. Ibu dan ayah, mereka berdua setia menemani malam dan siang. Mata sembab itu membuat hatiku terkikis rapuh. Namun apa daya diriku tak dapat mendekap mereka. Apalagi mengusap air mata mereka.

Ibu membuka pintu ternyata itu Samuel. Ia kekasihku membawa seikat bunga mawar merah jambu kesukaanku. Sangat bahagia ternyata ia sangat menyayangiku. Tetapi aku melihat sesuatu yang aneh. Mengapa raut wajahnya tak sedikit pun terlihat bersedih? Apakah hatinya terlalu kuat untuk hal ini. Tetapi aku ini kekasihnya dan pekan ini kita akan menikah.

Samuel berpamitan untuk pulang. Mengikutinya mungkin hal yang bagus. Duduk di kursi mobil tepat di belakang Samuel. Ternyata ia akan pergi ke tempat makan favorit kita berdua.  Mungkin ia bersedih dan ingin merasakan kebersamaan kita dengan duduk di tempat itu.

Tetapi tidak, di sana terlihat seorang wanita cantik membawa seorang balita. Mereka terlihat sangat akrab. Keakraban mereka membuatku merasa cemburu. Hatiku semakin kesal karena tak dapat mendengar percakapan mereka. Dengan cepat aku menghilangkan pikiran-pikiran negatif. Mungkin wanita itu saudara Samuel.

Beranjak pulang, aku tetap mengikuti mereka. Di sepanjang perjalanan balita itu meminta segala macam mainan dan makanan yang di lihat. Samuel selalu memberi, aku semakin kagum karena ia mempunyai hati yang baik.

Mobil terhenti di salah satu rumah yang tak aku kenali. Untuk pertama kalinya aku melihat rumah ini. Samuel menggendong balita sambil memegang bahu wanita itu. Hatiku semakin cemburu. Mereka memasuki kamar. Apa yang sebenarnya mereka lakukan? Siapa sebenarnya wanita itu?

Rupanya Samuel hanya menidurkan balita itu. Dimana-mana Samuel tak pernah tertinggal melihat film kartun, begitu juga di rumah ini. Samuel tiba-tiba memeluk wanita itu. Diriku tak dapat mempercayai ini. Ia tak pernah sekalipun melakukan hal itu terhadapku. Ia aku anggap sebagai lelaki sejati yang tak pernah melakukan hal aneh terhadap wanita. Nyatanya diriku  salah menilainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun