Abstract
Ankle fractures are common orthopedic injuries that require accurate radiographic assessment for appropriate management. This study aimed to project the trends and patterns of radiographic examination utilization in diagnosing ankle fractures over the past decade.A retrospective analysis of radiographic reports from a tertiary orthopedic center between 2010 and 2020 was conducted. Data included demographic characteristics, fracture types, imaging modalities used (e.g., plain radiography, CT scan), and fracture management outcomes. Descriptive statistics and trend analysis were employed to assess changes in radiographic utilization and diagnostic accuracy over time.This study highlights the evolving landscape of radiographic examination practices in ankle fractures, emphasizing the growing role of CT scans in enhancing diagnostic accuracy and guiding surgical decision-making. Understanding these trends is crucial for optimizing resource allocation and improving patient outcomes in orthopedic trauma management.
Keywords: ankle fractures, radiographic examination, plain radiography, CT scan, diagnostic accuracy, orthopedic trauma.
1. Pendahuluan
Pemeriksaan radiologi merupakan metode yang sangat relevan untuk memahami struktur anatomi dan fisiologi organ tubuh. Dengan menggunakan teknik ini, kita dapat mengidentifikasi kelainan baik yang bersifat patologi maupun traumatis, dimana dapat membantu dalam proses diagnosis. Pemeriksaan radiografi Ankle joint pada kasus fraktur secara umum menggunakan proyeksi AP, Lateral. Namun, jika proyeksi AP dan Lateral tidak informatif terhadap memperlihatkan celah atau space pada bagian kedua malleolus, serta memperlihatkan keadaan tibia , fibula yang terbuka dan evaluasi fraktur maka dibutuhkan proyeksi tambahan yaitu proyeksi AP Mortise View, agar lebih informatif terhadap diagnosa dokter sehingga dapat memperlihatkan hasil Ankle joint yang lebih detail dalam menampakan hasil radiograf. Proyeksi AP, dan Lateral dengan posisi pasien supine, sedangkan pada proyeksi AP Mortise View posisi pasien recumbent. Titik bidik pada proyeksi AP tepat di pertengahan antara kedua malleolus, Lateral dan AP Mortise View di malleolus medialis dan malleolus medialis (mediolateral). Arah sinar pada proyeksi AP, Lateral, AP Mortise View tegak lurus dengan menembus film atau IR (Bontrager, 2018).
Trauma pada sendi pergelangan kaki, yang sering disebut keseleo atau sprain ankle merupakan kondisi yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sprain ankle adalah kondisi di mana terjadi penguluran atau robekan pada ligamen atau kapsul tulang. Kondisi ini disebabkan oleh gerakan berlebihan (overstretch) saat melakukan aktivitas fisik, hypermobile, dan kelemahan otot (muscle weakness) (Sumartini, 2012). Tidak hanya pada mereka yang secara aktif menggunakan sendi ini, seperti olahragawan dan pemain sepakbola, tetapi juga pada wanita yang sering mengenakan sepatu hak tinggi. Penting diingat bahwa sendi pergelangan kaki sangat penting untuk mobilitas manusia (Brockett et al., 2016). Bahkan trauma ringan saja dapat menyebabkan cacat untuk berjalan. Penanganan yang tidak tepat pada cedera ankle dapat memperlambat proses pemulihan, mengurangi kemampuan dalam beraktifitas, mengakibatkan perubahan pada struktur tubuh dan fungsi fisiologis, serta meningkatkan risiko mengalami cedera ankle yang berulang (Peterson and Restrom, 2017).
2. Metodologi
Studi Kasus:
Pendekatan studi kasus memungkinkan adanya pemahaman holistik terhadap suatu hal dalam konteks kehidupan nyata dari sudut pandang pihak-pihak yang terlibat. Kasus adalah sistem yang terbatas, sesuatu yang khusus untuk dipelajari, suatu entitas seperti anak, guru, ruang kelas, atau program. Studi kasus adalah suatu metode penyelidikan, atau kumpulan metode, yang digunakan untuk menghilangkan dan memperluas keajaiban pemahaman kasus individual. Pendekatan studi kasus mempunyai kemampuan untuk memahami seluk-beluk kasus, dan cocok untuk penelitian yang mengajukan pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”.
Studi kasus paling berguna untuk menghasilkan hipotesis, sedangkan bentuk metode lain lebih cocok untuk menguji hipotesis dan membangun teori. Studi kasus (Case studies) merupakan bagian dari metodologi penelitian dimana pada pokok pembahasan seorang peneliti dituntut untuk lebih cermat, teliti dan mendalam dalam mengungkap sebuah kasus, peristiwa, baik bersifat individu maupun kelompok, studi kasus juga dapat bersifat tunggal atau ganda.
Penulis melaporkan bahwa adanya kasus pasien dengan indikasi fraktur pada kondisi ankle tertentu. Pemeriksaan radiologi ankle yang dilakukan pada pasien dijelaskan secara detail, termasuk proyeksi pemosisian yang digunakan, dosis radiasi, dan diagnosis radiologi. Metodologi studi kasus dapat memberikan wawasan yang berharga mengenai penggunaan pemeriksaan radiologi pada ankle dalam diagnosis dan manajemen kondisi patologis tertentu. Salah satu yang menarik dari studi kasus adalah karena kasus yang ditangani merupakan kasus-kasus dengan indikasi spesial, dan pastinya mendapatkan ilmu baru dari hasil yang telah dilakukan.