Hitler juga memiliki pandangan yang sangat anti-intelektual, yang diyakini memperkuat kontrol negara. Menurut Hitler, intelektualisme dan perbedaan pendapat adalah ancaman terhadap kestabilan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, ia melarang semua bentuk perbedaan pendapat, dan memastikan bahwa pendidikan hanya mencakup materi yang sesuai dengan doktrin Nazi. Dengan menghilangkan ruang bagi pemikiran kritis, Hitler mampu mempertahankan kekuasaan absolutnya.Â
Propaganda dan Manipulasi Emosi Massa
Propaganda adalah salah satu alat paling kuat yang digunakan Hitler untuk mempertahankan kontrol atas masyarakat Jerman. Ia sangat memahami bagaimana memanfaatkan media untuk memengaruhi opini publik dan menciptakan persepsi yang menguntungkan bagi Nazi. Di bawah pimpinan Joseph Goebbels, Kementerian Propaganda Jerman mengontrol semua aspek media, termasuk surat kabar, radio, film, dan seni. Semua bentuk media ini digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan Nazi, mempromosikan nilai-nilai nasionalis, dan memperkuat citra Hitler sebagai "Führer" yang tidak tergantikan.Â
Melalui propaganda, Hitler menciptakan narasi bahwa orang-orang Yahudi, Gipsi, dan kelompok minoritas lainnya adalah musuh bangsa Jerman. Sentimen anti-Semit yang disebarluaskan oleh propaganda Nazi mengarah pada kebencian kolektif terhadap kaum Yahudi, yang dianggap sebagai ancaman bagi kemurnian ras Arya. Propaganda ini juga digunakan untuk membangkitkan rasa nasionalisme ekstrem di kalangan rakyat Jerman, yang akhirnya menciptakan dukungan luas terhadap kebijakan-kebijakan perang dan kebijakan ekstermis lainnya.Â
Eliminasi Oposisi dan Penciptaan Sistem Satu Partai
Setelah berkuasa, Hitler segera menghapuskan semua bentuk oposisi politik untuk menciptakan sistem satu partai yang absolut. Langkah pertama yang diambilnya adalah menyingkirkan para pemimpin partai politik lainnya dan membatasi kegiatan politik yang tidak mendukung Nazi. Hitler mendirikan organisasi paramiliter seperti SS (Schutzstaffel) dan Gestapo sebagai alat utama untuk mengawasi dan mengeliminasi orang-orang yang dianggap sebagai ancaman terhadap negara.
Tidak hanya oposisi politik yang dibungkam, tetapi juga semua suara kritis dari kalangan intelektual, seniman, dan jurnalis. Orang-orang yang menentang kebijakan Nazi atau yang mengkritik kepemimpinan Hitler sering kali diasingkan, dipenjara, atau bahkan dibunuh. Dengan mengeliminasi semua bentuk oposisi, Hitler menciptakan suasana ketakutan dan ketergantungan, di mana tidak ada yang berani menentang rezim Nazi secara terbuka.Â
Pemurnian Rasial dan Kebijakan Etnis