Mohon tunggu...
Rida Andryati
Rida Andryati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jeritan Anak Kandung

2 Mei 2017   18:05 Diperbarui: 2 Mei 2017   18:17 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga adalah anugrah terbesar yang tuhan berikan kepadaku,tanpa adanya keluarga mungkin aku bukan siapa-siapa.Ibu adalah bidadari cantik yang selalu menenangkan jiwaku,ayah adalah malaikat tanpa sayap yang selalu siap membela dan melindungi ku,abang adalah pengawal setia yang selalu ada menemani permainanku.Begitu lengkap rasanya anugrah yang saat ini tuhan berikan kepadaku.Rasanya aku tak ingin mengecewakan pahlawan-pahlawan(keluarga)yang selalu ada untukku.

Semua yang ku jalani terasa sangat indah,bersama mereka semua keluarga kecilku.Tak ingin rasanya satu moment terlewati bersama mereka baik itu canda tawa,suka ataupun duka.Aku bukan berasal dari keluarga yang menengah keatas tapi aku berasal dari keluarga yang sederhana,walaupun aku berasal dari keluarga sederhana aku tak pernah mengeluh bahkan aku  tetap bahagia.Punya mereka saja aku sudah bahagia yang terpenting dalam hidupku ialah keluarga,cinta dan kasih sayang.Harta? Ya harta mungkin bagian kesekian karena harta bisa saja di cari tapi keluarga kemana mau dicari,cinta dan kasih sayang kalau sudah hilang tak akan pernah bisa kemabali,sebanyak apapun uang yang namanya keluarga,cinta dan kasih sayang tidak akan  pernah dapat beli,begitu lah pentingnya keluarga bagi hidupku.

Sedikit menoleh kebelakang ,di masa kecilku aku selalu bahagia tumbuh menjadi anak yang ceria yang terpancar dari raut wajahku yaitu kebahagian-kebahgiaan dan kebahagian,begitu juga dengan abangku kami selalu bahgia dan kami juga akrab,melihat kami yang akrab dan selalu tertawa bahagia ayah makin bersemangat untuk mencari uang dan mewujudkan kemauan kami serta cita-cita yang kami mau.Yang ada dalam pikiranku saat itu ialah kebahgian bersama mereka yang tak boleh di rebut oleh siapapun.Orang orang selalu bingung dan bertanya tanya kenapa aku bisa seakrab ini dengan abangku padahal usia kami tidak jauh jaraknya,ya itu tadi yang aku bilang aku sangat mensyukuri anugrah yang tuhan kasih, mangkanya aku bisa seakrab ini dengan abang ku sendiri.Kami selalu kompak kemana-mana berdua, apa-apa berdua, bahkan abangku tidak malu saat dia menemani ku bermain.

Pasti sudah terbayangkan bagaimana indah dan bahagianya masa kecilku yang di temani oleh abang dan mempunyai ayah dan ibu yang sangat sayang kepada kami.Tapi semua itu tidak berhenti disini saja,saat peralihan usia dari anak-anak ke remaja aku dan abangku masih tetap akrab tidak ada yang berubah dari kami hanya saja lebih sedikit menjaga karena kami sama-sama sudah menginjak masa remaja,tidak ada yang kami tutup-tutupi,contohnya saja kalau aku pengen cerita aku tidak malu cerita ke ibu,kalau aku meminta sesuatu aku juga tidak pernah segan langsung meminta ke ayah dan kalau ada yang menjahili ku aku juga masih tetap mengadukannya ke abangku.

Kebahagian ini masih tetap milik keluarga kecilku,namun seiring berjalannya waktu dan kehidupan semakin keras kebutuhan semakin bertambah,ayah dan ibuku harus lebih keras lagi mencari uang dan mengatur pengeluaran,aku dan abang ku yang saat itu sedang duduk di tingkat SMA dan saat itu sangat banyak membutuhkan biaya.Namun ayah tetap semangat dan

tidak menyerah dengan keadaan yang sedang di hadapi,ibu juga selalu menemani ayah dan memberikan semangat kepada ayah,tapi sayangnya tanpa disadari dan tanpa sepengetahuan ayah, ibuku mencari jalan pintas karena kebutuhan ekonomi yang memaksa,ibuku berani meminjam uang kesana kesini dan lama kelamaan semua malah menjadi menumpuk dan kacau balau di tambah lagi ayahku kenak pengurangan di tempat ia bekerja.Tapi kami masih tetap bisa melewatinya bersma-sama tanpa ada yang menyerah.Satu persatu hutang yang di buat oleh ibu demi memenuhi kebutuhan kami pun mulai di angsur walaupun ibaratnya saat itu “gali lobang tutup lobang”

Waktu kerterpurukan datang kekeluarga kecilku,saat itu abangku sedang sangat membutuhkan biaya,karena sedang duduk di bangku kelas 3SMA sedangkan aku masih duduk di bangku kelas 1 SMA, namanya ada di kondisi seperti itu konflik pasti datang silih berganti,hanya saja ayahku adalah orang yang sangat sabar ia selalu berusaha mengalah saat konflik itu terjadi,dan waktu masih saja berjalan tibalah dimana abangku telah lulus sekolah namun sayang nya dia belum mau melanjutkan keperguruan tinggi karena memikirkan aku yang masih sekolah dan membutuhkan banyak biaya.

Entah bagaimana ceritaya di saat aku masih sekolah dan ayah yang belum juga mendapatkan pekerjaan dan hutang yang masih belum terbayar ibuku malah menjodohkanku dengan lelaki yang sama sekali tidak aku cintai,disana aku merasa terpuruk dan untungnya aku punya ayah dan abang yang bisa memberi ku pengertian,semua itu tetap aku jalani karena aku sangat mengkuti permainan hidup yang orang tua aku sendiri yang memberikannya kepaku walaupun aku tidak menyukai yang namanya perjodohan.

Mungkin memang belum jodohnya setelah aku tamat SMA perjodohan yang di rencanakan oleh ibuku pun batal,ya mungkin karena Tuhan masih sayang dan masih berpihak kepadaku dan menyuruhku untuk melanjutkan mengejar cita-citaku.Dalam keadaan seperti itu aku tidak merasakan dongkol terhadap ibuku sendiri dan mungkin rezeki sudah di atur oleh Alah SWT,setelah aku tamat SMA abangku mulai masuk kuliah dengan biaya seadanya dan aku juga memilih untuk melanjutkan pendidikan untuk mempermudah cita-citaku dan alhamdulillah saat itu ayahku sudah mulai bekerja.

Dalam masa itu perekonomian keluargaku mulai membaik,waktu demi waktu telah terlalui dalam masa aku pendidikan menuju cita-cita dan abangku yang sedang kuliah pastinya bukan waktu yang sebentar,dalam waktu itu kami keluarga kecilku mengalami jatuh bangun lagi,entah kenapa hatiku sangat perih melihat tingkah laku ibuku yang makin lama makin menetang norma dan nilai yang ada di dalam keluarga,ibu seakan mulai tidak tunduk kepada ayahku rasanya kebahagian dan canda tawaku dimasalalu terkikis oleh rasa sedihku di masa ini.

Waktu masih tetap berjalan,biaya pun makin bertambah,abangku yang selalu menyamangati hari-hariku masih tetap setia menemaniku,rindu akan ibuku yang dulu,rindu keluarga kecil yang bahagia,semakin dewasanya aku semakin dewasanya abangku,semakin hancur lah keluargaku,ayahku selalu diam saat ibuku melakukan hal yang tidak baik,bukan ayahku tidak berani menentang hanya saja dia memikirkan kebahgianku dan abangku,kini kesedihan lah yang melanda keluarga kecilku hanya karna masalah perekonomian ibuku salah jalan.Bukan ini yang kami harap kan bu,kami rela hidup apa adanya asalkan kita tetap bersama.Saat abangku masih kuliah aku menjalankan pendidikan di saat pendidikan aku juga bekerja karna itu prosedurnya dari situ aku bisa membantu biaya perkuliahan abangku,namanya juga hidup pasti selalu jatuh bangun di saat itu ayahku kemabli tidak bekerja dan ayahku memutuskan untuk mencari pekerjaan di kampung halamannya,saat itu ibuku di tinggal di daerah aku dilahirkan namun sayang nya disaat ayahku berjuang mencari pekerjaan ibuku malah berselingkuh dengan lelaki lain,Ibuku membohongi ayahku dengan alasan mencari pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun