Tidak ada satu orang pun yang mengira bahwa keadaan dunia saat ini sangat memprihatinkan dengan munculnya pandemic yang mewabah di seluruh dunia. Keadaan ini terjadi juga di Negara kita, yang sangat merugikan ketika semua sector kehidupan dipengaruhi secara langsung, tak terkecuali dengan sector pendidikan.Â
Proses belajar mengajar yang semula berjalan seperti biasa, harus mengalami perubahan system. Perubahan ini tentu didasari oleh peraturan yang dikeluarkan oleh menteri pendidikan Nadiem Makarim guna untuk menyikapi darurat Covid-19.Â
SE Pelaksanaan  Kebijakan Pendidikan saat Covid-19 yang tertuang secara utuh dalam Surat Edaran (SE) Nomor 4 Tahun 2020, dalam SE tersebut pada poin kedua, menjelaskan tentang ketentuan proses belajar dari rumah yaitu dengan cara pembelajaran jarak jauh atau daring dengan memperhatikan minat dan kondisi masing-masing siswa termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses atau fasilitas dari rumah.Â
Dalam SE tersebut juga dijelaskan tentang capaian pembelajaran yang tidak lagi mengacu pada ketuntasan menyeluruh yang sudah diatur dalam kurikulum sebelumnya. Siswa hanya diarahkan agar memiliki kecakapan aktifitas pembelajaran yang bermakna.
Ternyata banyak permasalahan yang muncul dengan perubahan system pembelajaran ini, tentu saja hal ini menjadi hal baru di dunia pendidikan khususnya bagi lembaga-lembaga pendidikan yang berada di luar perkotaan atau lembaga pendidikan yang tidak memperkenalkan pembelajaran daring sebelumnya.Â
Kendala ini tidak bisa dianggap remeh karena ternyata dapat menjadi akar dari permasalahan-permasalahan lain baik dari sisi pengajar maupun peserta didik. Bagi seorang guru atau pengajar bukan hal yang sulit ketika harus mempelajari hal baru terutama yang berkaitan dengan berbagai macam aplikasi yang mumpuni untuk menunjang kegiatan belajar mengajara jarak jauh.Â
Idealisme guru pun semakin menjadi ketika menginginkan semuanya berjalan sebaik mungkin mencapai hasil seperti yang dituju sebaik-baiknya. Sehingga segala upaya dilakukan bahkan secara tidak disadari telah melakukan pressure terhadap peserta didik.
Hal ini menjadi momok yang menakutkan bagi para siswa, dan menjadi satu fenomena factor penyebab baru yang membuat para peserta didik mengalami school stress atau stress sekolah. Istilah ini relative baru dan belakangan ini banyak diminati untuk diteliti oleh para psikolog dan pendidik.Â
Stress sekolah didefinisikan sebagai ketegangan emosional yang muncul dari peristiwa-peristiwa kehidupan di sekolah dan perasaan terancamnya keselamatan atau harga diri siswa, sehingga muncul reaksi-reaksi fisik, psikologis dan tingkah laku yang berdampak pada penyesuian psikologis dan prestasi akademis (Desmita, 2005).Â
Jika kita kaitkan dengan keadaan saat ini akan sangat logis dengan segala tekanan dan pembaruan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan siswa akan menmbuat siswa mengalami school stress.Â
Masih banyak kendala lain yang menjadi penyebab terjadinya school stress yang akan kita perdalam di artikel berikutnya. Pada artikel ini kita akan fokuskan pada resiliensi para peserta didik.