Mohon tunggu...
Rida Fitria
Rida Fitria Mohon Tunggu... Freelancer - An author of several books; Sebongkah Tanah Retak, Bunga dan Duri, Paradesha, Jharan Kencak, dll.

Ketika kita berkata, "Selamatkan bumi!" Sejatinya kita sedang menyelamatkan diri sendiri dan anak cucu dari bencana dan kepunahan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama featured

Jangan Menangis, Nak, Kita Tanam Lagi Pohon Baru

29 Juni 2015   13:13 Diperbarui: 27 November 2020   10:56 1539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inilah sepenggal peristiwa yang terjadi dua tahun lalu. Selepas aksi demonstrasi ke kantor Perhutani, menyerukan protes dan keberatan-keberatan kami atas tindakan mereka.

Para relawan konservasi kembali ke gunung, bekerja lagi melakukan penghijauan seperti sebelum-belumnya. Sedih pasti melihat lingkungan yang tadinya hijau seketika meranggas.

Namun apalah gunanya berlama-lama dalam sesal dan kesal. Pohon tak akan tumbuh sendiri jika tidak ditanam. Alam yang rusak tidak akan pulih dengan sendirinya jika manusia tidak turun tangan memperbaiki. Maka, bersegeralah kami menanam sambil terus merawat yang tersisa.

Dua tahun berlalu, bibit-bibit pohon bertumbuh dengan baik. Yang selamat dari penebangan dan pembakaran, seperti pohon buah, mulai bergiliran memberi kami hadiah yang menyegarkan. Ada jeruk, jambu, alpukat, apel, pepaya, pisang, nangka, mangga, dan lain-lain.

Sementara bambu petung hitam, tumbuh semakin tinggi dan gagah dengan gerumbul tunas-tunas mudanya. Sungguh menyenangkan menyaksikan semua keindahan itu.

Setiap peristiwa, ada hikmahnya. Selepas kekacauan penebangan dan pembakaran hutan, ada sekelompok warga pinggir hutan dan lereng gunung (tadinya menolak konservasi karena salah informasi yg sengaja disebarkan orang-orang tak bertanggung jawab) bergabung membantu penghijauan.

Di sela-sela itu, kunjungan para pelajar, mahasiswa, dan aktivis-aktivis peduli lingkungan, mewarnai kerja-kerja sehari-hari. Mereka ikut menanam, merawat, dan berbaur dengan masyarakat lokal dalam banyak kegiatan. 

Ya, dua tahun telah berlalu. Sekarang masalah baru muncul, terkait rencana sebuah perusahaan asal Turki menambang panas bumi di gunung Lemongan. Warga resah dan mulai melakukan perlawanan.

Penolakan warga bukan asal menolak saja, mereka telah belajar dari bencana Dieng, Mataloko, hingga Sibayak. Atau bagaimana, belum apa-apa sumur bor untuk menambang panas bumi di Tapanuli, meledak. Dan banyak lagi tempat-tempat lain di Indonesia yang mengalami dampak negatif akibat penambangan panas bumi ini. 

Salam Hirau, Hidup, Hijau!

Note : Kebun buah hasil konservasi LH di gn. Lemongan. Tampak relawan LH di jalan setapak menuju posko konservasi. (foto: dok. pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun